Kamis, 30 Maret 2017

Berteduh Membawa Nikmat Yang Tidak Terlupakan

Aku mendapat tugas ke wilayah utara Karawang. Di sana pada waktu itu penduduknya dilanda kekurangan pangan, sampai banyak yg mengkonsumsi enceng gondok untuk makanan.

Aku belum pernah sama sekali ke daerah ini. Dari Jakarta lumayan jauh jaraknya, mungkin sekitar 100 km. Aku memang senang berpetualang, sehingga mendapat tugas ke daerah yg jauh seperti ini, bagiku menyenangkan.

Dari Jakarta aku mengendarai sepeda motor. Sekitar 2 jam baru aku mencapai Karawang. Menjelang memasuki Karawang, ada persimpangan ke kiri arah Rengkas Dengklok. Sebenarnya aku tdk punya tujuan khusus untuk di datangi, tetapi arahnya adalah Karawang Utara.

Aku mencoba mengarahkan tujuan ke Rengkas Dengklok. Sampai di kota kecil itu perjalanan lancar-lancar saja dan dari pengamatanku di sepanjang jalan, tdk ada tanda-tanda masyarakatnya sedang dilanda bencana kelaparan. Dari Rengkas Dengklok. hatiku membawa ke arah utara. Aku lalu menyusuri sungai aliran irigasi.

Sudah hampir satu jam aku berjalan, tetapi tdk ada tanda-tanda akan mendekati kampung. Keadaan kiri kanan jalan mulai jarang rumah. Hamparan sawah yg mengering. Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 3 sore,.

Meski aku tdk tahu tujuanku, tetapi aku memastikan, suatu saat nanti aku akan bertemu dengan pantai. Rencanaku di sanalah aku akan beristirahat malam. Aku tdk tahu seperti apa situasi kampung di depanku. Namun aku yakin pasti ada desa nelayan, dan di situ pasti ada warung yg buka 24 jam. Di daerah nelayan memang biasa terdapat warung-warung yg buka 24 jam. Paling tdk di situ aku bisa istirahat.

Sambil aku berpikir mengenai tujuan di depanku, tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung berat. Kupercepat laju kendaraan, tetapi hujan sudah mendahului dengan rintik-rintik. Aku mencari tempat berteduh, tetapi di kiri kanan jalan tdk ada warung, bahkan rumah pun tdk ada. Aku melihat di kejauhan ada kerimbunan pohon-pohon yg dapat kupastikan di sana ada rumah penduduk.

Motor kuarahkan keluar dari jalan besar dan masuk ke jalan gang. Sekitar 100 m memang terlihat ada perkampungan. Aku segera mengarahkan motorku ke salah satu rumah yg mempunyai teras agak besar. Rumah ini memang agak terpencil dari lainnya. Aku tdk perduli yg penting aku tdk semakin basah.

Aku buru-buru meninggalkan motor dan segera berteduh. Hujan semakin deras. Pemilik rumah keluar menemuiku. Aku segera mengatakan bahwa aku numpang berteduh. Dia menyalamiku dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah. Aku menolak, karena terasnya cukup buat aku berteduh. Namun dia tetap menyilahkan aku masuk saja di dalam karena di luar angin sangat kencang dan agak tempias.

Aku akhirnya menuruti kemauannya. Dengan agak segan, aku duduk di ruang tamu rumahnya. Kuperhatikan rumahnya sangat sederhana, dengan lantai diperkeras semen dan dindingnya dari anyaman bambu. Pemilik rumah memperkenalkan diri Karta. Kutaksir usianya sekitar 35 tahun. Dia 14 tahun lebih tua dari aku.

Sedang kami saling mengobrol basa basi, dari dalam keluar seorang wanita sambil membawa minuman, teh hangat dan singkong rebus yg masih mengepul. Aku jadi nggak enak hati. Aku bukan bertamu, hanya numpang berteduh, tetapi diperlakukan sebagai tamu.

Bukan teh hangat dan singkong ngebul yg menarik, tetapi wanita yg membawanya. Seorang wanita yg kutaksir berumur 20 tahun, putih, mukanya cukup manis dan bodynya montok. Pak Karta memperkenalkan aku kepada wanita itu yg ternyata adalah istrinya. Dari matanya aku dapat menangkap, istri Pak Karta , kelihatan genit dan berani.

Bu Karta kemudian ikut nimbrung ngobrol. Dugaanku kelihatannya ada benarnya. Bu Karta memang lebih agresip. Dia tdk seperti ibu rumah tangga umumnya yg kelihatannya selalu dibelakang suami. Ini malah dia seperti memposisikan diri lebih ke depan daripada suaminya.

Dari cerita mereka, Bu Karta dikawin masih muda, mungkin sekitar 13 tahun. Kawin dengan Karta bukan dari gadis, tetapi dia sudah janda ketika berumur 17 tahun.. Mereka sendiri yg buka kartu. Aku tdk mungkin berani lancang mengorek hal-hal pribadi seperti itu.

Hujan makin deras, padahal hari sudah mulai gelap. Aku jadi gelisah, karena tdk mungkin meneruskan perjalanan pada malam hari. Untuk numpang tidur di rumah ini, aku tdk punya keberanian memohonnya.

“Masnya nginap di sini saja, ” kata istri Karta.

Belum sempat aku menjawab, Karta menimpali,

“ Iya temani istri saya, karena saya malam ini dapat giliran ronda.”

Aku bingung dengan tawaran itu. Masak baru kenal diminta menemani istrinya, dan sang suami pergi.

“Terima kasih, saya nanti tidur di depan saja di bale depan rasanya sudah cukup untuk saya tidur,” kata ku dengan nada malu bercampur rikuh.

Karta melarangku tidur diluar, karena dingin dan kalau hujannya deras, tempat itu basah.

“ Di dalam saja, kenapa kok mau tidur diluar, nanti masuk angin,” kata Karta.
“Ya mas nya tidur di dalam saja,” tambah istrinya.

Di ruang tengah yg merangkap ruang tamu ruangnya lapang, karena jadi satu dengan dapur. Selain seperangkat meja kursi tamu dari kayu yg sederhana, juga terdapat dipan bambu.

Rumah Karta belum dialiri listri, sehingga ketika diluar mulai gelap, di rumah ini hanya diterangi oleh lampu minyak yg tdk seberapa cerah cahayanya.

Untuk mengurangi rasa nggak enak hati, aku menarik uang 100 ribu lalu kuberikan kepada istri Karta.

“ Mbak ini untuk beli makanan malam,”

Istri Karta terkejut menerima uang ku. Dia terheran-heran dan mengatakan uang pemberianku itu terlalu banyak Aku memaksanya agar diterima saja, karena aku sudah merasa tertolong diberi penginapan. Pada masa itu uang 100 ribu memang sangat banyak, karena jika aku menginap di hotel kelas melati 3 mungkin tarifnya sekitar itu.

Istrinya dengan muka berseri-seri masuk ke kamarnya. Pak Karta lalu mendekatiku dan membisikkan aku agar tidur di kamar saja, jangan di ruang tamu ini, karena udaranya dingin.

Apakah tawaran Karta itu akibat kekuatan uang 100 ribu. Aku menduga kira-kira begitulah.

Aku terkesiap mendengar tawaran Karta. Aku jadi makin rikuh, Sebelum aku menjawab, Karta bangun dari duduknya lalu jalan kebelakang. Aku tdk jelas bisa melihat apa yg dikerjakannya..

Beberapa saat kemudian dia keluar dan minta izin akan ke warung . Istrinya keluar dari kamar menemaniku. Dia dengan gaya genitnya mengatakan kepadaku agar aku tidur di kamar saja. “ Pak Karta tadi udah bilang ama mas kan,” katanya.
Aku bingung mau jawab apa. Tadi tawaran Karta belum aku jawab, sekarang istrinya pula yg menimpali dengan nada yg sama. Aku terdiam, tdk tahu harus menjawab apa.

“Emang masnya takut ya ama saya, saya nggak gigit kok, “ kata istri Karta dengan nada menggoda.

Aku mencari kejelasan, apakah nanti aku tdk digrebek orang kampung kalau tidur di kamar

“Ah masnya nggak usah takut, di sini mah udah biasa, “ kata istrinya.

Aku membayangkan kejadian yg bakal terjadi nanti malam. Kemaluanku langsung mengembang memikirkan peluang yg ada di depanku. Aku sama sekali tdk keberatan meniduri istri si Karta. Malah jadi kayak pucuk dicinta ulam tiba.
Sama sekali aku tdk menygka begitu bebasnya kehidupan di desa yg jauh dari keramaian kota. Inilah mungkin makna yg terkandung di dalam pameo “goyang Karawang”

Karta masuk membawa tentengan dua kantong plastik, dia lalu ke dapur diikuti istrinya. Tdk jelas kulihat apa saja yg dibelinya. Mereka berdua kelihatan sibuk. Aku bengong sendirian di ruang tamu sambil menghayal.

Aku sempat tertidur di kursi entah berapa lama, sampai Karta menyapaku. Kami menyantap makanan malam dengan lauk, mi instan kuah dengan telur, telur dadar, sambal dan lalap timun. Nasi yg mengepul hangat, meski dengan lauk sederhana di cuaca yg masih hujan, rasanya nikmat . Kami makan bertiga lahap sekali.

Selepas itu aku masih dibuatkan kopi panas. Kami ngobrol sebentar, lalu Karta pamit mau gabung sama teman-temanny di pos ronda. Tinggallah aku berdua dengan istri Karta.

Dia lalu mengunci pintu dan membereskan meja makan. Sementara aku nggak tahu harus ngapain, kecuali duduk sambil ngrokok dan menghirup kopi. Istri Karta yg kemudian kutahu namanya Fitra duduk menemaniku ngopi.

“Mas udah berkeluarga,” tanyanya
“Belum” jawabku.
“Lho udah cukup umur, udah kerja, dan mas kan cukup ganteng, “ katanya rada menggoda.
“ Belum ada yg mau mbak,”
“Ah masak, sayang lho kan udah cukup umur, kalau di kampung mah udah punya anak banyak kali,” katanya.
“ Saya belum berani mbak, takut nggak bisa ngurus,” kata ku berusaha mengelak.
“ Bukannya istri yg ngurus suami, lagian mas nya sayang kan masak udah mateng gitu masih dibuat pipis saja,” katanya genit.

Aku bingung sebentar, menerjemahkan apa yg dimaksud buat pipis. Fitra ini berani amat menyinggung masalah yg pribadi. Aku tdk bisa menjawab, hanya senyum-senyum nggak jelas.

Dia lalu mengalihkan pembicaraan soal perjalananku dan tujuannya. Aku bercerita panjang lebar. Dari dia kudapat banyak informasi mengenai situasi di desa ini. Mereka memang sedang kesulitan pangan, akibat musim kemarau yg panjang dan terbatasnya air irigasi. Fitra mengaku tdk bisa setiap hari makan nasi. Sebagai penggantinya hanya makan singkong. Jadi singkong yg aku santap tadi sore itu sebenarnya adalah makan malam mereka.

“Mas apa nggak cape dari Jakarta naik motor, jauh kan itu,” tanyanya.
“ Ya lumayan sih, pegal juga,”
“ Sini mas saya pijetin, “ kata Fitra sambil berdiri dan mengambil posisi di belakangku. Aku tak mampu menolak, ketika tangannya sudah memijat pundakku.

Nikmat sekali rasanya, entah karena pijatannya enak atau aku yg terlalu lelah seharian dari Jakarta. Aku memuji pijatannya, yg memang kurasa nikmat sekali.

Dia lalu menawariku memijat seluruh badan. Aku dimintanya tidur telungkup di bale-bale di ruang tengah itu. Karena pijatannya nikmat, maka aku segera mengatur posisi tiduran sambil telungkup.

Dia memintaku membuka baju karena akan diurut pakai minyak kelapa. Aku turuti saja kemauannya. Badanku terasa nikmat sekali, diurut Fitra. Dia ternyata pintar memijat dan mengendorkan urat-uratku yg kaku karena terlalu lama naik motor.

Badanku penuh dengan minyak kelapa. Tapi aku merasa lega. Fitra menawarkan untuk sekalian mengurut bagian kakiku. Dia memintaku membuka celana jean. Aku agak jengah juga, sebab dibalik jeans ku hanya ada sepotong celana dalam yg tipis. Namun karena penerangannya yg remang-remang, aku sedikit punya keberanian.

Aku melepas jeans, tinggal celana dalam saja. Urutan kaki memang nikmat, meski di beberapa bagian agak sakit juga. “ Mas ototnya pada kaku nih, udah lama ya nggak dipijet,” tanya Fitra.

“Saya jarang pijet mbak, abis nggak ada yg mijetin sih, “ kata ku menggoda.
“Ala si masnya bisa aja, di Jakarta kan banyak tempat pijet,” katanya.

Dia meminta aku berbalik tidur telentang. Pada posisi inilah aku tdk bisa menyembunyikan gundukan k0ntolku yg sudah mengeras sejak tadi.

Fitra mulanya tenang-tenang saja dan tdk memperhatikan gundukanku. Ketika dia merambah ke bagian paha dia mulai berkomentar.

“Wah burungnya si mas bangun ya, boleh nggak dipijet juga,” tanyanya.

Aku bingung, masak kemaluan bisa dipijet.

“ Emangnya si mbak bisa mijet burung,” tanyaku.
“ Ah ya bisa dong, masak mijet badan bisa mijet gituan yg cuma sedikit nggak bisa,” katanya.
“ Boleh deh coba, pengen tahu, enak nggak mbak,” tanyaku.
“ Ya mesti dicoba baru tahu rasanya, celananya buka aja ya nggak usah malu lah orang nggak ada orang aja kok.,” katanya.

Aku berlagak bodoh dan membiarkan dia melololoskan celana dalamku. Begitu celana terlepas, batang k0ntolku langsung berdiri.
“ Wah lumayan juga burungnya mas, bentuknya bagus ,” katanya sambil meraih k0ntolku.

Awalnya di bekap-bekap dan jarinya mengurut sekitar daerah kemaluanku. Fitra termasuk ahli mengurut bagian ini. Aku terangsang hebat , kepala ku terasa penuh.

“ Aduh mbak saya nggak tahan rasanya.
“ Udah mas dilepas aja kalau mau keluar, jangan ditahan-tahan, “ katanya sambil mengocok batangku.

Dalam waktu singat aku langsung ejakulasi banyak sekali.

“ Mas maninya banyak amat sih, udah lama nih kelihatannya nggak dikeluarin ya,” katanya.

Aku diam saja dan seluruh badanku terasa lemas. Namun badanku terasa risih karena penuh dengan baluran minyak kelapa.
Fitra menawarkan aku mandi di belakang. Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil menggoda.

“ Mbak saya dimandiin dong, saya kan tdk bisa nggosok punggung saya,” kataku.
“Ala simasnya genit juga, beres deh ntar Fitra mandiin,”

Dia segera berlalu kebelakang, mungkin mempersiapkan sumur untuk mandi. Agak lama juga dia di belakang sambil membawa penerangan lampu tempel. Dia kemudian memanggilku .

Aku dengan hanya mengenakan celana dalam menuju kamar mandi. Di situ Fitra sudah berganti pakaian, hanya menggunakan kain batik yg dililitkan ke tubuhnya seperti kemben.

Aku disuruh jongkok dan seluruh badanku diguyur air dingin. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh tubuhku. Aku yg dalam keadaan telanjang seperti bayi dimandikan oleh Fitra.

“Mbak ngapain sih pakai kain segala, saya telanjang mbak juga telanjang dong biar imbang. Lagian sayang tuh kain basah nanti.
“ Ih masnya genit nih ,” katanya.

Dia lalu berbalik dan melepas kainnya. Di balik kain itu sudah tdk ada apa-apa lagi, sehingga Fitra juga telanjang bulat, Dari belakang kuperhatikan pantatnya montok sekali bergumpal.

Ketika dia berbalik, sepasang buah dada yg seperti membengkak menggantung kaku di dadanya. Dari putingnya kelihatan Fitra belum pernah punya anak, karena putingnya masih kecil.

Aku tdk bisa menahan nafsu segera kuraih kedua buah dadanya dan kuremas. Fitra diam saja dan dia mendongakkan kepalanya sambil mendesis. Putingnya aku pelintir-pelintir membuat Fitra semakin mendesis. Kupeluk badannya yg montok dan lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu k0ntolku sudah bangun kembali menerjang-nerjang bagian kemaluan Fitra..

Tangannya meraih kemaluanku dan dikocoknya pelan-pelan. Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan k0ntolku ke dalam memeknya. Aku merendahkan badanku dan dia kusenderkan dia ke dinding. Kuarahkan k0ntolku ke gerbang memeknya lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke dalam saluran memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Fitra memelukku erat sekali.

Dia mulai merintih, ini membuatku semangat memompa semakin cepat. Fitra mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada posisi ini aku makin leluasa memompa memeknya. “ Mas punyanya enak banget mas, ngganjel banget rasanya memekku penuh banget, aduh mas terus mas enak banget,” kata Fitra sambil terus merintih yg kadang-kadang nggak jelas ucapannya.

Aku mampu bertahan lama karena di ronde kedua biasanya aku bisa bertahan agak lama.. Aku terus memompa dan mulutku menciumi leher dan telinganya. Fitra lalu mengerang-negerang dan memelukku erat sekali. Dia mencapai puncak dan kemaluannya terasa berkontraksi. Gerakanku ditahannya dengan dia memelukku erat sekali.

“Aduh mas aku puas panget, aku nggak pernah ngrasain main kayak gini enaknya, mas mainnya pinter, sampai aku bisa lemes banget. “ katanya.

Sementara itu aku sedang tanggung, lalu dia kuminta membungkuk membelakangiku. Pantatnya yg bahenol sunguh sangat mempesona , batang k0ntol ku arahkan masuk ke memeknya dari bagian belakang. Dengan mudah seluruh batang k0ntolku tenggelam. Aku kembali menggenjot dengan menabrak-nabrakkan bongkahan pantatnya yg tebal.

Pemandangan pantat yg bergetar setiap kali kutabrak membuatku makin bernafsu. Aku terus mempercepat pompaan hingga kemaluan kami berbunyi. Fitra kelihatannya naik lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang k0ntolku seperti diremas . Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran pantatnya yg sangat mengagumkan.

Aku mulai merasa akan mencapai ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam dalam dengan gerakan keras. Fitra juga mulai merintih. Dalam waktu tdk berapa lama aku menembakkan spermaku ke dalam rahimnya. Kontraksi k0ntolku nampaknya menambah rangsangan di memek Fitra sehingga dia menggerakkan pantatnya tdk beraturan sampai kemudian tangannya menarik badanku rapat ke tubuhnya. Dia menjerit keras sekali. Memeknya kembali berdenyut dan kali ini lebih lama dari yg pertama tadi.

Fitra kembali memujiku, katanya permainanku sungguh luar biasa, karena dia bisa sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yg terakhir kata dia nikmat sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tdk kuat berdiri.

Kami mandi bersama dan saling menyabuni. Meski penerangan remang-remang tapi, aku masih bisa melihat cukup jelas tubuh Fitra. Susunya cukup besar, rambut bawahnya masih jarang. Dan yg kurasa agak jarang ditemukan di kampung-kampung adalah bentuk tubuh Fitra yg berpinggang ramping. Padahal tubuhnya termasuk subur, biasanya cewek yg subur badannya perutnya ikut membuncit. Fitra tdk demikian.

Air yg tadi tdk terasa dingin, setelah mengalami ejakulasi, rasanya air dingin sekali. Aku agak menggigil. Setelah mengeringkan badan dan kami berpakaian lagi. Aku kembali ke ruang tengah dan menghisap rokok. Nikmatnya menghisap rokok setelah pertempuran rasanya tdk ada bandingannya.

Setelah sekitar setengah jam, sebatang 234 habis terbakar. Fitra mengajakku masuk ke kamarnya. Aku digandengnya memasuki kamar tidur. Kamarnya tdk luas, Tempat tidur berupa dua kasur yg dihamparkan di lantai.

Aku tdk membawa persedian baju tidur, sehingga aku hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek sebagai pakaian tidurku. Udara di desa setelah hujan cukup dingin, sehingga aku terpaksa mengenakan sarung yg kubawa.

Kami tdk langsung tidur. Fitra banyak bercerita mengenai desanya termasuk hubungannya dengan Karta. Menurut dia, Karta kurang mampu di atas ranjang, karena dia menderita sakit gula.

“ Barangnya kalau berdiri nggak bisa keras, itu pun kalau main cuma sebentar,” kata Fitra buka kartu suaminya.

Dia mengaku bisa berhubungan dengan suaminya sebulan 2 kali sudah cukup bagus, sebab kadang-kadang cuma sekali. Aku jadi penasaran, apakah suaminya memberi kesempatan tidur dengan istrinya karena memang kerelaan suami, atau karena sebab lain. seksigo

“ Di sini mah biasa mas, kalau ada tamu yg rasanya pantas boleh tidur sama istrinya, sama anaknya juga biasa pak,” kata Fitra tenang..

Aku tertarik ingin tahu lebih jauh mengenai kebiasaan orang di kampung ini, tetapi Fitra tdk bisa menceritakan . Ini mungkin karena pendidikannya yg cuma tamat SD.

Fitra tidur memelukku. Tangannya mengelus-elus dadaku dan sesekali menciumi pipiku. Dia memperlakukan ku mesra sekali. Aku jadi sulit tidur, karena terbiasa tidur sendiri, maka jika tidur dipeluk begini rasanya jadi gerah. Tapi aku tdk sampai hati menolak pelukannya, sehingga kubiarkan saja dia memeluk erat tubuhku.

Nafasnya kuperhatikan makin memburu. Aku menduga dia mulai terbakar nafsu birahinya. Tangannya tdk lagi mengelus dadaku, tetapi sudah mulai jahil meremas-remas batang k0ntolku. Batang ku yg tadinya tidur tenang, diremas-remas Fitra jadi bangun lagi dan akhirnya mengeras.

Kepalang tanggung, Fitra kuminta menghisap kemaluanku. Dia menolak, karena belum pernah melakukan seperti itu.

“ Mas masa itunya di masukin mulut, jijik ah,” katanya .

Aku maklum, pengetahuannya mengenai oral, belum pernah dialami. Aku mencumbuinya dan satu persatu ku buka bajunya sampai dia akhirnya telanjang bulat di balik sarung. Kedua payudaranya yg ranum kembali menjadi sasaranku. Dia menggelinjang sambil sesekali mendesis ketika putingnya aku hisap dan jilat.

Kutarik sarungnya ke bawah dan bersamaan dengan itu aku menciumi perutnya terus ke bawah menuju segitiga kemaluannya. Fitra menutup kemaluannya. Malu katanya. Aku menyingkirkan tangannya pelan-pelan.

“ Ah mas jangan diciumi memek Fitra, jijik mas” katanya sambil terengah-engah.

Aku tdk perduli dan sarungnya sudah lepas dari badannya. Badan Fitra telentang bugil. Aku mengatur posisi merangkak di antara kedua kakinya. Aku kembali menyerang dengan ciuman ke arah kemaluannya. Fitra masih menahan kepalaku, tetapi tangannya tdk sungguh-sungguh melarangku. Lidahku berhasil masuk diantara celah kemaluannya dan menemukan clitoris nya.

Dia terkejut dan menggelinjang ketika sapuan lidahku mengenai ujung clitorisnya. Geli katanya. Aku terus berusaha menyapukan lidahku di sekitar clitorisnya. Kemaluan Fitra tdk berbau sama sekali. Ini menandakan dia pandai merawat bagian vitalnya.

Aku merasa cairan memek Fitra sudah mulai melumasi dinding-dinding memeknya yg merupakan tanda siap di terobos. Jilatanku kembali mengarah ke clitorisnya yg sudah mulai muncul dari lipatan kulit penutupnya. Fitra mengerang dan pantatnya bergoyang terus. Aku terpaksa menekan kedua pahanya agar tdk bergerak, sebab gerakannya menyulitkan aku menjilat clitorisnya.

Kepalanya bergerak seperti orang menggelengkan kepala dan kedua tangannya menarik-narik sprei. Dia mengerang dan bergelinjang jika ujung clitorisnya terkena lidahku. Clitorisnya makin menonjol dan sapuan lidahku semakin gencar ke satu titik itu.

“ Aduh enak sekali mas, mas pinter banget sih,” dia terus mendesis sambil bergumam.

Tiba – tiba diam lalu menjerit tertahan. Aku merasa kemaluannya berdenyut. Fitra mencapai orgasme. Aku lalu duduk diantara kedua kakinya dan mencolokkan jari tengah ku ke dalam memeknya. Jariku meraba dinding atas liang memeknya. Ada bagian yg jika tersentuh dia menggelinjang. Aku memusatkan sentuhan ke bagian itu dengan gerakan halus dan pelan sekali. Fitra seperti kesetanan mengingau dan mendesis. Tiba-tiba diraihnya bantal dan tutupkan ke mukanya. Dia menjerit di balik bantal itu bersamaan dengan kontraksi panjang di dalam memeknya.

Kemaluan Fitra banjir, sampai cairannya meleleh keluar. Setelah orgasme dia membuka bantal yg menutuupi mukanya.

“ Aduh mas lemes banget, itu tadi enak banget kayak yg dikamar mandi tadi,” kata Fitra.

Aku pindah duduk di samping Fitra yg masih tergolek, sementara k0ntolku masih terus mengacung. Fitra kuminta kembali mengoralku. Kini dia tdk lagi menolak, hanya dia masih ragu untuk memulainya. Aku katakan, akan mengajari bagaimana cara yg benar menjilat batangku. Di raihnya batangku . Aku tidur telentang dan Fitra merangkak di atas ku. Mula-mula dia hanya menciumi batangku, lalu mulai berani menjilat.

Setelah mulai terbiasa dia pelan-pelan mengulum batangku. Untuk memberinya semangat aku mendesis-desis dan memuji enaknya hisapannya.

Dia terpengaruh dengan eranganku, sehingga makin semangat menghisapnya. Batangku hampir sepenuhnya masuk ke dalam mulutnya dan di hisapnya. Isapannya terlalu kuat sehingga aku merasa-seolah-olah maniku dipaksa keluar. Fitra cepat sekali belajar dan sekarang dia sudah mahir, Dia juga pandai menjilat buah zakarku.

Sekitar 15 menit dia mengeluh mulutnya pegal, dan minta menyudahi oral. Aku mengangkat kepalanya dan meminta dia memasukkan k0ntolku ke memeknya. Fitra menduduki kemaluanku dan tangannya mememandu k0ntolku masuk ke memeknya.

Setelah masuk seluruhnya pinggulnya berputar-putar di atas kemaluanku. Aku merasa k0ntolku seperti dilumat memeknya. Bukan aku saja yg merasakan nikmat, tetapi Fitra juga mulai merasakan enaknya batangku mengaduk-aduk memeknya. Gerakannya makin bersemangat dan dia melakukannya sambil mengerang. Gerakannya jadi makin gak karuan sampai akhirnya dia jatuh menelungkup di atasku. Aku merasa k0ntolku diremas-remas oleh kemaluannya. Dia kembali mencapai orgasme.
Aku mendorongnya ke samping dan mengambil posisi menindihnya.

K0ntolku kembali menerjang masuk ke dalam memeknya dan akau melakukan kocokan pelan sambil mencari posisi yg paling nikmat. Bukan hanya nikmat bagiku, tetapi juga nikmatnya Fitra. Pada satu posisi , Fitra mendesis-desis. Pada posisi itulah aku terus bertahan sampai menjelang ejakulasiku. Aku mempercepat gerakanku dan Fitra makin menggila menggerakkan pinggulnya. Dia menarikku dengan pelukan yg erat sekali dan kakinya merangkul pinggulku. Memeknya berdenyut-denyut. Tapi aku terus berusaha menghunjam-hunjam ke memeknya karena aku juga sudah hampir sampai ke puncak.

Aku tekan dalam-dalam k0ntolku ke memeknya dan menyemburkan sisa sperma yg masih ada ke dalam rahimnya. Badanku terasa lelah sekali. Kuambil sarung dan aku dengan bersarung lalu jatuh tertidur.

Aku terbangun, jam di tanganku menunjukkan jam 6 pagi. Sinar matahari kelihatan menerobos di celah-celah dinding bambu rumah. Kandung kemihku rasanya penuh sehingga dengan menggunakan sarung dan kaus aku bangun menuju kamar mandi. Ketika meliwati ruang tengah kulihat Karta sedang tertidur di bale-bale . Buset aku meniduri istri orang ditunggui suaminya.

Selepas membuang hajat kecil, aku kembali ke kamar untuk mengambil baju ganti. Aku mau mandi . Ketika sedang mencari-cari baju di dalam tas ku Fitra bangun. Dengan hanya berkemben sarung dia tergopoh-gopoh menuju kamar mandi.
Aku berpapasan dengan Fitra di pintu kamar mandi. Aku dengan tenang mulai memompa air ke dalam ember. Setelah ember penuh dan bersiap mandi dengan membuka semua baju, pintu diketok Fitra. Dia katanya mau ikut mandi. Kami akhirnya mandi bersama-sama. Sementara suaminya sedang ngorok di ruang tengah.
Share:

Bercinta Dengan Baby Sister Yang Penuh Nafsu

Haiiii perkenankan aku untuk sedikit bercerita tentang pengalamanku. Aku memiliki seorang anak laki-laki yg telah berumur 5 tahun dan duduk di bangku TK-B. Aku dan istriku sama-sama bekerja, sehingga anakku biasanya kutitipkan di rumah kakak iparku disaat kami berdua pergi bekerja. Kebetulan rumah kakak iparku dan rumah kami bersebelahan, dan kakak iparku tdk bekerja, sehingga urusan menitipkan anak bukanlah suatu masalah, apalagi keponakanku (anak dari kakak iparku tersebut) ada yg berumur sebaya dengan anakku.

Namun, belum absolutist berselang, kakak iparku pindah ke Sumatra karena suaminya ditugaskan di kota Medan. Sejak itulah masalah anak muncul menjadi persoalan yg memusingkan, sementara itu tdk ada lagi sanak saudaraku ataupun sanak saudara istriku yg tinggal di Jakarta selain kakak iparku yg pindah ke Sumatra (kebanyakan keluarga kami tinggal di jogja dan beberapa di Solo).

Keadaan ini memaksa kami untuk membayar seorang babby babysitter untuk menjaga anak kami disaat kami berada di kantor.

Sebagaimana biasanya, mempekerjakan seorang babysitter adalah persoalan yg sangat menjengkelkan, bayangkan saja dalam dua bulan kami telah 5 kali mengganti babysitter dengan berbagai macam sebab yg aku rasa tdk perlu kupaparkan disini.

Namun akhirnya ada juga seorang babby babysitter yg dapat bertahan bekerja selama hampir 3 bulan, ini merupakan rekor pertama yg telah dicapai setelah sebelumnya tdk pernah ada babby babysitter yg bertahan lebih dari 3 minggu. Atas dasar alasan itu juga, aku menyarankan kepada istriku untuk menaikkan gajinya sebagai kompensasi atas kerja serta tanggung jawabnya. Babby babysitter yg satu ini memang agak berbeda dari semua babby sitter terdahulu.

Ke-5 babby babysitter sebelumnya yg sempat bekerja di tempat kami, rata-rata berusia dibawah 30 puluh tahun, bahkan ada yg baru berusia 19 tahun, namun babby babysitter yg terakhir ini adalah seorang janda berusia 48 tahun. Kami memanggilnya Bu Sumi, bertubuh besar untuk ukuran seorang wanita (tingginya kurang lebih 165 cm), agak gemuk sebagaimana umumnya wanita paruh baya.

Pada awalnya kami agak ragu kalau Bu Sumi ini akan sanggup merawat Rio putra kami, mengingat Bu Sumi sudah berumur, sementara Rio sangat hiperaktif, sehingga merawat Rio akan lebih melelahkan dibandingkan merawat anak-anak lain pada umumnya. Ternyata perkiraan kami salah, dan cukup surprise, ternyata Bu Sumi dapat merawat Rio dengan baik. Bahkan ada kejadian yg lebih mengejutkan lagi, dan ini yg ingin kuceritakan pada kesempatan ini. Kami memiliki acara rutin, yaitu berenang yg kami lakukan seminggu sekali setiap hari Sabtu sore.

Aku dan istriku selalu mengajak Rio berenang di gelanggang renang Ancol, dan biasanya selalu ada dua atau tiga orang anak tetangga teman bermain Rio yg ikut berenang bersama kami. Babby babysitter selalu kami ajak ikut serta untuk membantu mengawasi anak-anak, meskipun tdk ikut berenang. Sebagaimana biasanya, pada hari Sabtu kami pergi gelanggang renang Ancol, namun kali ini istriku tdk dapat ikut.

Istriku pulang ke Yogyakarta yg rutin dilakukannya enam bulan sekali untuk menjenguk keluarga di sana, terutama orangtuanya (mertuaku), sehingga pada acara berenang kali ini, yg ikut hanya aku, Rio beserta lima orang temannya serta tdk ketinggalan Bu Sumi. Karena istriku tdk ikut, sementara teman Rio yg ikut lebih banyak dari biasanya, yaitu sampai lima orang (biasanya batten banyak tiga orang), aku berfikir bahwa Bu Sumi perlu ikut turun ke air untuk membantu mengawasi anak-anak.

Masalahnya keselamatan anak-anak tetangga juga merupakan tanggung jawabku. Menurut keterangannya, Bu Sumi dapat berenang, tetapi dia tdk memiliki pakaian renang. Bagiku, yg penting Bu Sumi dapat berenang, karena soal pakaian renang adalah soal mudah, tinggal beli saja, beres. Sesampainya di kolam renang, aku mampir sebentar di sebuah kios yg menjual perlengkapan renang untuk membelikan baju renang Bu Sumi. Untungnya ada nomor yg pas untuknya, karena baju renang ukuran besar tdk begitu banyak.

Setelah itu seperti biasanya, aku selalu menyewa kamar bilas keluarga yg dapat disewa per tiga jam. Aku selalu menyewa kamar bilas keluarga, karena kupikir lebih praktis. Di kamar bilas itu kami sekeluarga dapat berkumpul dan tdk perlu terpisah seperti di kamar bilas umum yg dipisahkan antara kamar bilas untuk pria dan wanita.

Disamping itu, di kamar bilas keluarga semua perlengkapan, pakaian, tas dan sebagainya dapat disimpan di kamar bilas tersebut, tinggal dikunci dan beres, tdk perlu repot- repot antri ke tempat penitipan pakaian yg melelahkan, ditambah resiko kehilangan barang-barang. Battery juga sudah tersedia di dalam kamar bilas, tdk perlu repot-repot keluar kamar, ada air panasnya lagi. Begitu praktis, sehingga mengawasi anak-anak pun jadi lebih mudah. Rio dan teman-temannya begitu antusias, di kamar bilas mereka mengganti pakaian dengan tergesa-gesa.

Dan setelah selesai, mereka semua langsung lari ke kolam tanpa tunggu-tunggu lagi. Setelah semua anak-anak keluar menuju kolam, aku segera melepas pakaianku. Setelah aku telanjang bulat, aku bergegas menuju shower, namun… astaga… aku baru sadar kalau ternyata ada Bu Sumi di kamar bilas itu. Kulihat Bu Sumi mesem-mesem (tersipu malu) sambil mencari-cari sesuatu dari tasnya. Aku pun pura-pura bersikap biasa, seolah-olah telanjang bulat di depan Bu Sumi merupakan hal yg lumrah bagiku, padahal itu kulakukan untuk mengusir rasa malu. Dengan sok berlagak tenang, aku menyuruh Bu Sumi untuk segera ganti pakaian.

“Ayo.. Bu Sumi.. cepat ganti baju.. itu anak-anak nggak ada yg ngejagain..” Semua ucapanku itu betul-betul hanya bertujuan untuk mengusir rasa malu karena sudah terlanjur telanjang, sementara itu kulihat Bu Sumi terus saja mesem-mesem, dan ini mengundang perasaan aneh pada diriku.

Sebetulnya aku mengerti makna mesem-mesemnya Bu Sumi, aku yakin kalau mesem-mesem- nya berkaitan erat dengan keadaanku yg sedang telanjang ini.

“Forget it..!” kupikir sambil tetap telanjang bulat, akhirnya aku langsung menuju battery untuk membasahi tubuhku, hal yg biasa kulakukan sebelum berenang.

Saat berada di bawah kucuran shower, aku sempat memperhatikan Bu Sumi saat sedang menanggalkan seragam babby sitternya yg berwarna putih, dan masih saja sambil mesem-mesem. Mungkin dia pikir buat apa malu-malu telanjang dihadapan majikannya ini, toh majikannya saja tdk malu telanjang bulat dihadapannya, semua ini membuat perasaan mesum mulai menjalari tubuhku.

Selanjutnya pemandangan di hadapanku menjadi semakin mendebarkan. Bu Sumi sambil terus mesem-mesem sendiri mulai menanggalkan pakaian dalamnya, jantungku berdebar keras, apalagi disaat dia melepaskan kait-kait BH-nya, serta meloloskan tali-tali BH tersebut dari lengannya. Belum pernah terbayangkan dalam pikiranku melihat Bu Sumi dalam keadaan yg kulihat saat ini.

Selama ini gairahku sama sekali tdk pernah terusik oleh wanita paruh baya itu yg bertubuh besar dan agak gembrot, serta mengenakan pakaian seragam putih. Namun pemandangan di hadapanku kali ini sungguh-sungguh berbeda. Payudara yg sungguh besar dan montok dengan puting payudara yg lebar berwarna coklat gelap, menggantung di dadanya, begitu menggetarkan kalbuku. Apalagi saat dia memelorotkan celana dalamnya, membuat rambut lebat di kedua pangkal pahanya yg montok begitu jelas terpandang, sungguh membuat darahku menjadi berdesir dengan derasnya.

Jantungku semakin berdetak tdk beraturan, dan tubuhku gemetar menahan gairah yg kali ini terusik oleh pemandangan yg sungguh benar-benar lain dari biasanya, serta tdk pernah terbayangkan sebelumnya olehku. Disaat Bu Sumi hendak mengenakan pakaian renangnya, secara refleks aku langsung berkata kepadanya,

“Ayoh… Bu Sumi.., mandi dulu… supaya nggak keram di kolam.” Sebetulnya, ucapanku hanyalah akal bulusku yg semata-mata hanya agar aku dapat menikmati pemandangan tubuh bugil Bu Sumi lebih lama lagi.

Namun ternyata, `Pucuk dicinta ulam tiba’, Bu Sumi batal mengenakan pakaian renangnya, dan melemparnya ke atas jok empuk berkulit plastik yg ada di kamar bilas itu. Lantas sambil terus mesem-mesem dan masih telanjang bulat, Bu Sumi melangkah menuju shower.

Aku sedikit menggeser posisi berdiriku di bawah shower untuk memberi tempat bagi Bu Sumi. Tubuh telanjangnya yg begitu montok dan besar, bergidik kedinginan saat air yg memancar dari battery menerpa tubuhnya. Bu Sumi mengusap-usap wajahnya yg terguyur air shower. Birahi yg sudah menguasai diriku membuatku nekat menjamah payudaranya yg sangat besar itu.., sungguh aku sangat gemetaran, takut kalau-kalau Bu Sumi menolak untuk disentuh.

Tetapi ternyata Bu Sumi hanya diam saja saat aku mengusap-usap payudaranya. Hal ini membuatku nekat untuk berlanjut menjamah kemaluannya. Disaat jemariku menyentuh kemaluannya yg berambut lebat itu, dalam waktu yg hampir bersamaan tangan Bu Sumi juga menjamah batang k0ntolku yg tengah tegang. Dia terus-terusan mengusap dan mengelus batang k0ntolku. Kupandangi wajah Bu Sumi, matanya menatap nakal dengan senyuman bandel di bibirnya.

Wanita paruh baya itu ternyata begitu menggairahkan. Tanpa kuminta, Bu Sumi kemudian berjongkok di hadapanku, dia segera mengulum dan menjilati batang k0ntolku sampai menimbulkan bunyi yg begitu khas. Keahliannya menyedot dan mengulum batang k0ntolku begitu luar biasa, membuatku tdk dapat menahan diri lagi. Kutarik tangannya mengajak berdiri, lalu menggiringnya menuju jok berkulit plastik di kamar bilas itu. Kubimbing agar Bu Sumi duduk di jok empuk itu, dan tanpa kuminta, Bu Sumi pun langsung membengkangkan kedua kakinya, sehingga kemaluannya yg besar menantang di hadapanku.

Tanpa buang-buang waktu, aku langsung menyibakkan rambut lebat yg menutupi memeknya, sehingga kudapati bibir-bibir memek yg tebal berwarna hitam kecoklatan. Lendir putih mengalir dari bibir-bibir memek yg mulai merekah itu yg merupakan pertanda birahi luar biasa yg telah menghinggapi dirinya.

Saat bibir-bibir memek itu ku renggangkan, muncul klitoris sebesar kacang tanah seperti menuntut untuk dijilati. Belum pernah kulihat klitoris sebesar itu, juga bibir-bibir memek yg begitu tebal, mungkin karena badannya besar membuat klitoris-nya juga jadi besar sesuai dengan ukuran badannya yg juga besar dan gemuk. Kujilati klitoris itu dengan buas, membuat Bu Sumi mendesah keras, tubuhnya menjadi kejang dan gemetar menahan kenikmatan itu, pinggulnya terangkat menyambut jilatan lidahku pada memek dan klitoris-nya.

Memeknya menjadi semakin menganga lebar, membuat dinding memeknya yg merah menjadi jelas terlihat seperti menyampaikan kesiapannya untuk menerima coblosan batang k0ntolku. Akhirnya,

“Bleesss..!” kubenamkan batang k0ntolku ke lubang memeknya. Terasa begitu sempit dan menggigit, mungkin akibat Bu Sumi yg telah hampir 20 tahun menjanda, membuat otot-otot memeknya kembali menguat.

Tubuh kami berguncang-guncang dahsyat di atas jok itu saling menekan, sementara batang k0ntolku keluar masuk lubang memeknya menggesek dan menggaruk dinding-dinding memek yg sudah begitu gatal selama ini. Kujejalkan k0ntolku lebih dalam lagi, Bu Sumi pun menyambut dengan mendorong pinggulnya supaya k0ntolku masuk ke tempat yg batten dalam.

Sementara itu jempol serta telunjukku memilin- milin klitoris-nya, membuat Bu Sumi mengalami kenikmatan yg sangat dahsyat, sampai-sampai matanya mendelik, sementara desahan dan erangan keras silih berganti mengiringi orgasme yg dirasakannya. Spermaku menyembur deras di dalam lubang memek Bu Sumi dan membanjiri rahimnya. Tubuhku menggeletak lemas di atas tubuhnya dengan batang k0ntol yg masih terbenam di lubang memeknya untuk beberapa waktu.

Saat kucabut batang k0ntolku, Bu Sumi kembali merenggut batang k0ntolku dan memerasnya dengan begitu bernafsu, sehingga sisa-sisa sperma yg telah bercampur lendir memeknya meleleh keluar dan langsung ditampung dengan lidahnya. Setelah kejadian yg mengejutkan dan menegangkan itu, kami melanjutkan acara berenang, sementara hubunganku dengan Bu Sumi berjalan seperti biasa. Bu Sumi tetap bersikap sebagaimana aku adalah majikannya. Hanya disaat istriku meleng, kami pun langsung bergelut setubuh di atas ranjang tanpa malu-malu dan tanpa basa- basi.

Namun selain di ranjang, sikapnya terhadap diriku begitu wajar seperti sediakala, bahkan meskipun istriku sedang tdk di rumah, sikapnya tetap saja begitu wajar. Sama sekali tdk tercermin di wajahnya maupun di sikapnya kalau wanita paruh baya itu sebetulnya bandel dan sering bergelut senggama dengan diriku. Wajah cheat penuh birahi, mata binal, senyum nakal dan kebuasannya hanya muncul saat berada di atas ranjang.

Setelah semuanya selesai, dan kenikmatan telah direguk, sikapnya kembali wajar seperti sediakala.
Share:

Pertemuan Membawa Nikmat

Namaku Aji asli dari pulau Dewata, tinggi 180 cm, berat 65 kg, usiaku saat ini menginjak 30 tahun dan kulit putih bersih kata orang yg mengenal saya. Statusku sudah berkeluarga dan mempunyai istri yg cantik dan dua orang anak-anak yg Masih kecil. Dan bekerja pada salah satu BUMN terkemuka di kotaku di Denpasar.

Namun hubunganku khususnya masalah sex dengan istriku kurang begitu memuaskan disebabkan mungkin libidoku terlalu tinggi dan juga istriku tdk dapat setiap saat melayaniku untuk melakukan itu. Pokoknya banyaklah alasan-alasan yg dikeluarkan, capeklah kondisi kurang fitlah dan lain sebagainya.

Hingga pada suatu hari di kantorku ada acara rapat masalah kinerja perusahaan, yg dihadiri oleh hampir seluruh unit di kawasan/wilayah Indonesia Barat. Aku masih ingat akan pertemuanku dengan Mbak Vina, sekretaris dari General Manager Unit bawahan kantor kami.

Pada awalnya aku tdk begitu memperhatikannya, sampai pada suatu saat ia kebingungan untuk mempersiapkan bahan presentasi yg besok akan ditaygkan untuk bahan rapat tersebut banyak perubahan yg tentunya memerlukan komputer. Tanpa ada perasaan apapun akhirnya aku menawarkan komputerku untuk dipakai mengubah bahan-bahan presentasi tersebut karena kebetulan Mbak Vina duduk di sebelahku pada ruangan rapat tersebut.

“Silakan Bu, dipakai komputer di ruangan saya saja, untuk mengubah bahan presentasi itu”, kataku sambil berbisik karena suasana pada tegang untuk mengikuti rapat.
“Oh terima kasih Pak, tapi bagaimana ya, kita masih rapat nich”, sahutnya sambil berbisik pula.

Suasana hening sejenak tapi kulihat ia menulis sesuatu di secarik kertas dan menyodorkan padaku. Akupun membacanya,

“Jangan panggil saya Ibu dong, panggil aja Mbak.. saya khan masih muda”, begitu tulisnya.

Aku menoleh dan tersenyum. Dan bertepatan dengan itu acara rapatpun dibreak kurang lebih setengah jam untuk menikmati hidangan snack yg telah disediakan oleh panitia acara rapat tersebut. Tanpa menunda waktu lagi ia pun menagih janjiku untuk meminjamkan komputerku.

“Ayo Pak, di ruangan mana komputer Bapak?” tagihnya sambil tersenyum menggoda yg belum kutahu maksudnya.

Akupun menunjukkan ruanganku dan mempersilahkan Mbak Vina menggunakannya.

“Saya tinggal sebentar ya Mbak, mau ke toilet sebentar nich”
“Hayo.. Mau ngapain, kok pake ke toilet segala” sanggahnya.
“Biasalah panggilan alam sudah kebelet nich” kataku.

Keakrabanpun terjalin seiring dengan waktu berjalan. Dan astaga, baru aku menyadari bahwa Mbak Vina merupakan wanita karier yg sangat menarik dan cantik. Umurnya sudah 38 tahun berbeda denganku sekitar 8 tahun dan tingginya sekitar 170 cm berat badannya sungguh proposional dengan tingginya ditunjang dengan buah dadanya yg sangat besar dan padat ukurannya 36 B, kulitnya putih mulus pinggulnya sangat padat serasi dengan celana yg dikenakannya (itu aku ketahui setelah aku bercinta dengannya).

Seminggu setelah acara rapat selesai, tiba-tiba handphone Nokiaku berbunyi. Bergegas aku menjawabnya dan aku tersenyum setelah melihat siapa yg menelponku ternyata Mbak Vina.

“Hallo Aji.. Lagi sibuk ya?” katanya nyerocos.
“Ya hallo, apa khabar Mbak kok tumben nich?” sahutku balik bertanya.
“Baik aja Ji, gimana kamu sibuk nggak?” tanyanya kembali.
“Nggak Mbak memang kenapa Mbak ada yg bisa saya bantu?” tanyaku kembali.
“Eh.. Enggak sih hanya iseng aja lagi suntuk nich.. Aji ada acara gak hari ini?”.
“Nggak ada sih Mbak..” kataku menggantung. Tapi setelah aku pikir-pikir memang hari ini aku tdk ada acara dan kerjaan juga lagi sedikit tdk terlalu mendesak.

“Kita ketemuan yuk Ji?” ajak Mbak Vina.
“Oke deh Mbak.. Dimana? Tapi kita ketemuan dimana nih, aku takut nanti dilihat sama.. Itu tuh”.
“Suamiku maksudmu ya.. Aji gak usah dech nanya dia” ujarnya dengan ketus.
“Emang kenapa Mbak?” tanyaku berlagak bodoh.
“Nanti dech Mbak ceritain kalau kita sudah ketemuan”.
“Iya deh Mbak, jam 09 kita ketemuan di..”, sejenak aku berpikir untuk mencari tempat untuk bertemu tapi Mbak Vina sudah langsung menyela alur pikiranku.
“Ntar aku jemput aja kamu, tapi tunggu di depan kantor ya?” pintanya.

Hanya sekitar 10 menit aku menunggu didepan kantor. Ketika sebuah mobil sedan Honda Civic menghampiri tempat aku berdiri.

“Ayo Ji, Masuk” terdengar suara Mbak Vina yg merdu.

Segera saja aku membuka pintu dan Masuk. Kamipun terlibat pembicaraan seputar Masalah kantor sampai dengan Masalah keluarga kami. Mbak Vina menceritakan bahwa suaminya lagi dinas keluar kota dan selama ini hubungannya dengan suaminya tdk lagi berjalan dengan baik dan sudah lama mereka pisah ranjang kurang lebih sudah sekitar 2 tahunan.

“Wah jarang dipakai dong?” kataku menggoda.
“Jangan ditanya lagi.. Say” jawab Mbak Vina manja.

Sempat juga aku kaget dengan jawaban Mbak Vina yg rada-rada manja yg membuat darah birahiku bergolak dan adik kecilku mulai meregang dibalik celana kantorku.

“Eh.. Ngomong-ngomong kita mau kemana nih?” kataku parau menahan nafsu birahi yg sedang meningkat tinggi.
“Terserah Aji aja deh, Mbak sih ngikut aja”.
“Gimana kalau kita ke daerah Sanur aja Mbak, disana banyak lho yg menyewakan tempat untuk.. Eehhhmmm” usulku nekad menawarkan tempat

Yg bisa digunakan untuk sort time tanpa takut Mbak Vina tersinggung dengan ajakan tersebut. Aku lirik ke kanan sembari tersenyum melihat reaksi Mbak Vina akan ajakan tersebut. Sekilas kulihat Mbak Vina yg lagi nyetir mobil balas tersenyum yg menandakan bahwa diapun setuju akan ajakanku tersebut.

Tanpa membuang-buang waktu setelah kami chek in disebuah bungalow dan mengurus administrasinya, langsung ku sambar bibirnya mencium dan mencumbu Mbak Vina dengan ganas menyalurkan hasrat birahiku yg telah meninggi sedari tadi.

“Ooohh.. Ssshhh.. Ji, nikkkmmmaaat saayyy.. Eemmpphhh” lenguh Mbak Vina ketika lidahku bermain di rongga mulutnya yg dibalas dengan ganas pula oleh Mbak Vina dengan sedotan-sedotan yg menimbulkan bunyi berdecak keras.

“Puaskan Mbak.. Sayannggg, Mbak menginginkan ini.. Eeehhh” rintihnya sambil tangannya meremas pelan bagian bawahku yg sudah sedari tadi tegang siap untuk bertempur.

Dengan cepat pula ku reMas buah dadanya yg Masih ditutupi blazer dan branya, terasa padat dan kenyal menggairahkan, kubuka baju Mbak Vina perlahan dan dengan cepat pula kubuka pengait branya yg berwarna krem. Menyembullah buah dadanya yg besar dengan puting yg memerah kecoklatan. Tanpa membuang waktu kuisap buah dadanya, kujilati putingnya yg membuat Mbak Vina menggelinjang dan mengerang keenakan.

Terus kujilati buah dadanya perlahan turun ke perut, puser dan perlahan aku melepas celana panjang sekaligus dengan celana dalamnya. Terpampanglah tubuh telanjang nan sangat indah, putih dan sexy didepanku yg membuat nafsu syahwatku memuncak. Mbak Vinapun tdk tinggal diam, dengan cepat pula dia melepas bajuku serta celanaku dan membuang ke lantai, aku tdk mempedulikannya.

Aku dan Mbak Vina sudah tak tahan, kurebahkan perlahan Mbak Vina ke kasur dan mulai menindihnya, kucium dan kujilati kembali bibir, buah dada, perut, paha, betis dan gundukan yg.. Ohhh indah nian memeknya dihiasi dengan bulu yg tdk terlalu lebat dan tertata dengan rapi seperti Mbak Vina yg katanya senang merawat diri.

Perlahan tapi pasti kujilati belahan dinding memeknya yg memerah mengkilat dibasahi oleh cairan birahi, bau memeknya membuat aku bertambah nafsu untuk terus menjilatinya.

“Aakhhk.. Eeeckkh.. Nikmat sekali sayang. Terus sayang..”, rintihnya menahan gejolak syahwat yg kuberikan.

Terus kujilati memeknya naik turun, kujulurkan lidahku menjilati klitorisnya sambil jari tengah tangan kananku sibuk Masuk kelubang memeknya mengocok dan mengaduk aduk isi memeknya membuat Mbak Vina semakin meregang, menggelinjang menerima sensasi kenikmatan.

“Aaakkhh.. Sudah.. Sssudah sayang.. Mbak tak tahannn.. Aakkhhhkk.. Ayo sayyyaaang masukan penismu, masukan ke memek Mbaakkk” rintihnya sambil menjepit kepalaku dengan pahanya menandakan bahwa dia menginginkan aku mengakhiri jilatanku di memeknya.

Tanpa harus menunggu akupun menuruti kemauannya yg memang aku juga menginginkan permainan yg lebih. Dengan cepat kulepas celana dalamku. Mbak Vina terbelalak melihat penisku.

“Ehmm.. Besar dan panjang juga punyamu sayang.. Mbak suka itu.. Ssshhh”.

Memang ukuran penisku belum pernah aku ukur mungkin kira-kira panjangnya sekitar 18 cm. Langsung saja aku merangkak naik menindih Mbak Vina. Mbak Vina melebarkan pahanya dan penisku kuarahkan menuju kelobang memeknya. Kutekan ke memeknya yg sempit itu walaupun sudah dilumasi cairan memeknya tapi selalu gagal. Tangan Mbak Vina menyambar penisku dan menuntunnya ke lobang memeknya. Perlahan kutekan penisku ke lobang memeknya yg sempit serasa penisku dijepit oleh dinding yg sangat lembut.

“Ssshhh.. Ya.. Saaayyyaang, tekan lagi yg dalam.. Aaacchh.. Enaakk sekali penismu sayang” Mbak Vina merintih kenikmatan ketika kutekan seluruh penisku ke lubang memeknya.

Beberapa saat aku diamkan penisku di dalam memeknya, kurasakan dinding memek Mbak Vina berdenyut pelan nikmat luar biasa. Merasakan itu dengan pelan kukocok penisku naik turun diimbangi dengan goyangan pinggul Mbak Vina setengah berputar dan terkadang naik turun. Penisku terus mengocok dengan cepat mengikuti irama goyangan Mbak Vina yg membuat kenikmatan yg tiada tara. Aku pun berdesis kenikmatan.

“Ayo.. Sayang.. Ayo.. Puaskan Mbbaakk.., Ooocchh.. Aakkhhk.. Mbak mau keluar.. Saaayyyaaanngg”.

Dan bersamaan dengan rintihan kepuasan Mbak Vina mengejang, bergetar dan terkulai lemas. Sedang diriku belum mencapai klimaks, turun dari atas tubuhnya dan rebah di samping kanan untuk memberi kesempatan beristirahat dan memulihkan tenaga bagi Mbak Vina.

“Uuffhh.. Sayang.. Aji.. Belum keluar ya?” tanyanya melihat penisku yg masih mengacung gagah.
“Tapi sebentar ya.. Nanti Mbak kasih yg terindah dalam hidupmu sayang..” ujarnya sambil tangannya membelai penisku yg basah oleh cairan memeknya dan dengan lembut mulai mengocok penisku yg sedari tadi telah tegang dengan keras semakin keras saja.
“Bagi aku, yg penting Mbak puasss.. Ssshhh.. Eehhhkk” ujarku menahan rasa nikmat oleh kocokan tangan lembut Mbak Vina.

Dan Mbak Vina pun kurasa mulai bangkit kembali nafsunya, ketika dengan aktif dan perlahan kuusap, kuremas buah dadanya dan kupilin putingnya yg semakin mengeras. Perlahan Mbak Vina pun mulai mencari bibirku, mencium dan mengulum, leher dengan nafsu terus turun ke dadaku menjilati putingku yg membuat aku kegelian tapi juga nikmat. Dengan gemas pula Mbak Vinapun menggigit putingku hingga akupun terkejut dan mengelinjang dengan aksinya. Kunikmati apa yg dilakukan olehnya padaku sambil tangan kiriku meremas buah dada dan tangan kananku mengelus punggungnya yg putih dan mulus.

Perlahan ciuman Mbak Vina turun ke arah perutku menjilati pusar dan perlahan pula mulai menjilati penisku yg semakin membuatku melayg oleh permainan lidahnya diujung penisku yg sekali kali dikulumnya hingga kulihat bibir Mbak Vina yg indah penuh sesak oleh penisku. Dihisap dan dijilatnya penisku tanpa ada perasaan jijik sama sekali, sepertinya Mbak Vina menikmati permainannya bagaikan anak kecil yg haus akan es krim.

Dan yg membuatku semakin melayg adalah ketika Mbak Vina menjilati pangkal penisku dan mengulum buah pelirku serasa ngilu tapi nikmat, sekali kali Mbak Vina menjilati lubang anusku hingga aku mengelinjang dengan hebatnya menahan sensasi nikmat yg tak terlukiskan dan membuatku ketagihan akan permainan lidahnya.

“Uuugghh.. Ayo Mbak.. Aku sudah tak tahan nicchhh..” kataku lirih kepada Mbak Vina.

Diapun menuruti apa kemauanku dan mulai naik mengangkangi tubuhku serta dengan sekali tekan amblaslah penisku di memek Mbak Vina.

“Oouuughh.. Ayo sayang kita berpacu lagi.. Entot memek Mbak sayanngg.. Aaakkhh.. Nikmmaaatt.. Belum pernah Mbak mendapatkan penis yg uuueennakkk begini.. Ssshhhkk.. Kamu hebat sayang dari tadi belum keluar juga” ceracau Mbak Vina dengan liarnya.
“Iya.. Mbak.. Memek Mbak enak sekalliii.. Emmmhhh.. Aaahhhkk” kataku seiring dengan goyangan Mbak Vina yg memutar dan terkadang naik turun yg membuat buah dadanya yg besar menggelantung bergoyang.

Dengan cepat pula aku meremas kuat-kuat dan menaikan kepalaku untuk dapat menjilat buah dadanya yg padat itu.

“Terusss.. Sayyy.. Eesssttt.. Hisap terus teteknya Mbak.. Sssttt.. Oouughh” rintihnya sembari terus menggoyangkan pinggulnya di bawah hingga mengocok penisku yg menimbulkan suara crek.. crekk.. crekk..
“Mbbaaakkk.. Terus.. Sayyy” hanya itu yg dapat aku katakan menahan kenikmatan dari permainan Mbak Vina.

Peluh kami telah menetes membasahi kasur tersebut, jeritan-jeritan liar kenikmatan terus memenuhi ruangan tempat kami mengayuh bersama puncak dari kenikmatan duniawi. Tdk terasa hampir 1/2 jam Mbak Vina berada di atas tubuhku dan sudah berkali-kali pula Mbak Vina mencapai orgasme yg katanya merupakan gaya kesukaan dari Mbak Vina tapi aku tak kunjung juga mendapatkan orgasme dan dengan inisiatifku aku minta Mbak Vina untuk menungging mencoba doggie style.

Hanya dengan sekali tekan penisku menebus dinding memeknya yg terlihat dengan jelas bila Mbak Vina menungging. Pantatnya yg besar, putih dan padat membuatku semakin bernafsu mengocok maju mundur.

“Ooohh.. Mbak nikmat.. Sseekkkaaallii” kataku sambil sekali sekali menepuk pantatnya yg bergoyang menuruti irama kocokanku dan kadang-kadang Mbak Vina menjerit ketika pantatnya aku tepuk dengan keras sehingga pantat samping Mbak Vina memerah oleh tepukan tepukanku.

Belum puas dengan permainan itu, aku menyuruh Mbak Vina berbalik dan tidur di pinggiran ranjang. Tanpa banyak tanya Mbak Vina menuruti apa yg akan aku lakukan, sambil berdiri di pinggir ranjang kubuka pahanya lebar-lebar dan dengan sekali dorong penisku kembali menembus memek Mbak Vina.

Sambil kupegang kedua kakinya terus kugoyang maju mundur kadang memutar yg semakin membuat Mbak Vina merintih dan merintih kenikmatan. Ketika kunaikan kakinya ke pundakku dia pun semakin keras merintih dan akupun merasakan sesuatu akan meledak di dalam diriku, memeknya serasa menjepit dengan lembut penisku.

“Mbakk.. Aku mau keellluuaarr.. Aaacckkhhh..”, kupercepat tusukan penisku ke memeknya untuk mendapatkan orgasmeku.
“Keluarkan dimana.. Mbaakkk?”
“Di dalam saja sayy.., ayo sayyy.. Kita.. Kelluaar sama-sama..” rintih Mbak Vina sambil terus menggoyangkan pinggulnya yg juga akan mencapai klimaks.
“Ouugghh.. Aakkhhh”, creet.. creet.. penisku pun berkedut mengeluarkan maniku di dalam rahimnya sebanyak 6-7 kali. Akupun terkulai lemas.

Kubiarkan tubuhku menindih tubuh Mbak Vina dan dia pun memelukku dengan mesra.

“Ssshhh.. Kamu hebat Ji.. Mbak sampe dapat 7 kali orgasme sedangkan kamu baru satu kali.. Hihiihi.., Mbak bisa ketagihan nich sama kamu Ji..” bisik Mbak Vina sambil membelai rambutku.

Sambil mengecup kening dan bibirku Mbak Vina berkata,

“Trim’s ya Ji..”

Akupun membalas kecupannya,

“Iya Mbak.. Sama-sama, Mbak juga hebat padahal baru kali ini lho aku selingkuh sama orang.. Dan Mbak sungguh sangat memuaskan aku” kataku jujur.

Setelah beristirahat sejenak, kami pun mandi bersama. Saling berpelukan, menggosok untuk menyabuni dan tentunya bermain cinta kembali di dalam kamar mandi. Dan hari itupun kami terus bermain cinta, di sofa, bungalow, di tempat tidur, di kamar mandi dan juga di lantai memenuhi hasrat kami berdua mereguk kenikmatan bersama.

Menjelang malam aku dan Mbak Vina pun sepakat menyudahi permainan bercinta kami, mengingat bahwa aku ada yg menunggu di rumah.

Hari itu adalah hari yg terindah dan awal dari selingkuhku dengan Mbak Vina yg merupakan hari yg tak akan pernah aku lupakan sepanjang perjalanan hidupku dan kami pun berjanji untuk saling memberikan kenikmatan di saat kami saling membutuhkan kapan saja asal kami bisa menjaga rahasia hubungan kami berdua.
Share:

Tentang Kami

Kami Dari Admin Foto Kencan,Akan Selalu Memberikan Foto-Foto Super Hot Yang Terupdate Untuk Kalian Para Pencinta Sex,Dan Admin Juga Akan Selalu Memberikan Cerita Hot Untuk Kalian Yang Suka Membaca Cerita Hot,Dan Berkhayal Cerita Yang Admin Kasih. Yuk Baca Dan Lihat Foto Super Hot Biar Kalian Puas Ngecrootnya..!!

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

JOIN US ON FACEBOOK

Copyright © Foto Kencan | Powered by Mas Crot Design by Mas Crot | Blogger Theme by NewThemes.com