Senin, 17 April 2017

Aku Dan Mas Arif Menikmati Bercinta Yang Hot

“ Aghh…ughh…..”
“Whooahh…whuuahh…”
Suara desahanku bersahutan dengan suara mas Arif yg setengah menjerit karena dia telah mencapai orgasmenya.
“ Hosh..hosh…”
“emphhh…emphmmhh..” Suara nafasku dan Nafas mas Arif yg tdk teratur akibat puncak persenggamaan kami.

Sesaat sebelum ejakulasi, tubuh mas Arif mengejang hebat dan sekitar 3–4 kali k0ntolny menyemprotkan sperma hangatnya di dalam memekku dan rasanya membasahi rahimku. Namun aku tak khawatir karena aku sudah suntik KB. Dan ini bukan pertama kalinya mas Arif menyemprotkan air maninya di dalam.

Setelah mas Arif mencabut kemaluannya yg besar itu, kami segera membersihkan tubuh bersama-sama di kamar mandi.
Lalu sambil merokok dan menghabiskan air dingin satu gelas besar, mas Arif mengajakku ngobrol di atas kasur tempat dimana tadi kami berpacu dalam birahi.

Setelah mengecup lembut keningku mas Arif tidur di sisi sebelah kanan kasur kami. Kasurku dan suamiku, di sisi dimana biasanya suamiku tidur. Tak lama setelah dia tertidur, kupandangi wajahnya. Wajah lelaki yg baru saja menyetubuhi tubuh mulusku ini. Lelaki yg bukan suamiku.

Yah mas Arif bukan suamiku. Suamiku belum pulang dari kerja. Dan diwaktu siang hari seperti ini dimana saat kompleks perumahan kami sepi, entah sudah berapa kali aku bermain gila dengan mas Arif. Kuserahkan tubuh ini pada lelaki yg bukan suamiku. Dan parahnya lagi lelaki itu adalah istri orang. Istri mbak Ning, tetangga sebelah rumah kami. Yah mas Arif dan mbak Ning adalah keluarga yg tinggal di sebelah rumahku.

Masih sambil melihat wajah dan tubuh mas Arif yg sedang tertidur, pikiranku melayg kembali kebelakang saat kejadian yg entah apakah itu memalukan atau justru aku harus senang bahwa hal itu terjadi. Saat aku diperkosa mas Arif. Aku sendiri tdk tahu apakah kata-kata diperkosa pantas digunakan mengingat sampai tadi entah sudah berapa kali tubuh mulusku ini dipacu oleh mas Arif. Dan akupun tak tahu sampai kapan hal ini berlangsung. Dan aku juga tak ambil perduli. Rasa bersalahku memang ada mengingat suamiku yg sangat baik dan sayang padaku. Namun Godaan ini juga terlalu berat untuk kutahan. Atau aku sudah terjebak?? Ah entahlah aku tdk tahu lagi.

“ eeh kapan datang mbak…”
“ subuh tadi naik bis malam, ntar kerumah ya..!”
“ lho nih berdua-duaan pagi-pagi mo kemana toh..?”
“ mo kepasar, ni loh mas Arif udah kangen pengen dimasakin.”
“ nanti ke rumah ya Ratna, kita masak-masak bareng, mas Danu udah berangkat kerja?”
“ Sudah mbak baru aja…gak tau neh katanya lagi sibuk-sibuknya di kantor…”
“ Yo wes kalo gitu kami tak kepasar dulu ya, kamu ga usah masak Ratna, kita masak bareng yah…daaah..”
“ Daah mbak, ati-ati yaa…”

Mbak Ning dan Mas Arif memang pasangan yg serasi. Keduanya selalu tampak mesra dan murah senyum pada siapa saja. Mereka selalu ramah pada setiap orang dan merupakan pasangan yg sangat menyenangkan. Aku sungguh beruntung mempunyai tetangga seperti mereka. Bahkan walaupun aku dan suamiku baru pindah dua bulan di kompleks ini, mereka sudah menganggap aku seperti saudara sendiri.

Apalagi kompleks ini adalah perumahan sederhana yg baru dibangun sehingga penghuninya masih belum banyak. Suamiku memilih disini karena disamping harganya cukup murah dibanding perumahan lain, tempatnya tenang dan nyaman. Walaupun agak jauh dari jalan raya, namun melihat pergerakan industri di kotaku membuat kami yakin bahwa cepat ato lambat daerah sekitar perumahan kami akan ramai, dan harganya pasti akan naik. Itulah mengapa saat ada kesempatan dan rejeki untuk bisa membeli rumah, kami memilih di kompleks ini.

Karena belum banyak penghuninya maka, perumahan ini nampak sepi sekali. Bahkan di blok kami hanya ada segelintir keluarga. Salah satunya adalah keluarga mbak Ning dan mas Arif, yg kebetulan persisi disebelah rumah kami. Mas Arif bekerja di pabrik kaca nasional bagian maintenance mesin, dan lebih banyak kerja pada malam hari. Sementara Mbak Ning juga bekerja sebagai detailer salah satu farmasi, dan sering harus keluar kota.

Namun apabila di rumah, Mbak Ning selalu mengajak aku maen di rumahnya, entah itu hanya sekedar menggosip sampai makan-makan bareng. Apalagi suamiku mas Banu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Dan kebetulan baik keluargaku dan keluarga mbak Ning sama-sama belum punya anak. Dan karena sangat akrab, aku sudah biasa masuk rumah mereka seperti rumah sendiri, begitu juga dengan mereka. Bahkan aku sering minta mas Arif untuk membetulkan sesuatu di rumahku bila ada yg rusak.

*****************************

“ Sendirian aja Ratna..?”
“ Eeh…iya mas..” Kedatangan mas Arif secara tiba-tiba mengejutkanku yg sedang mencuci piring dan gelas di dapur.
“ ngopi mas?” tanyaku, sambil membereskan gelas dan piring yg baru saja kucuci. Terus terang aku agak grogi, karena ini pertama kalinya aku dan mas Arif benar-benar berdua.

Mbak Ning tadi shubuh sudah berangkat ke luar kota, sementara suamiku kemaren sore juga pergi ke luar kota.

“gak usah Ratna, ada yg mau aku omongin sama Ratna neh..” suara mas Arif yg berat ditambah perkataanya tadi membuatku makin deg-degan. Namun aku singkirkan perasaan ini. Toh mas Arif sudah aku anggap sebagai sodara sendiri.
“ada apa sih mas koq kayaknya serius banget nih, yuk ngobrol di ruang tamu aja” ajakku sambil berjalan menuju ruang tamu.

Sampai di ruang tamu aku agak terkejut melihat pintu rumah dalam keadaan tertutup, tapi aku tdk berpikiran macam-macam, mungkin mas Arif sengaja menutup lagi. Lalu aku duduk di sofa ruang tamu, dan mas Arif duduk menjejeri aku.

“ada apa mas, ngomong aja!” ujarku sambill tersenyum berusaha untuk santai.
“ Ratna, maaf kalo apa yg mau aku omongin ini bikin kamu kaget” aku jadi tembah deg-degan mendengar perkataan mas Arif.
“ Ratna, dari pertama aku ngeliat kamu, aku jadi kepikiran kamu terus “ dan benar akupun kaget mendengar perkataan mas Arif ini dan berusaha menerka apa maksudnya.
“ hampir tiap malem aku mbayangin kamu Ratna, kamu ayu, seger, bahenol, aku bener-bener ga tahan Ratna “ belum sempat aku berkata apa-apa mas Arif sudah memegang tanganku.

“ maksudnya apa sih mas “
“ aku pengen kelonan sama kamu Ratna, aku udah ga tahan dan ngiler banget liat kamu, aku tahu pasti kamu ngira aku laki-laki bajingan dan kurang ajar, tapi aku ga perduli Ratna, pokoknya aku pengen sekarang kita kelonan” kini satu tangan mas Arif sudah merangkul pundakku.

Lidahku rasanya kaku tdk bisa bilang apa-apa, dan tentu saja aku takut setengah mati.

“ mas inget mas, kita udah berkeluarga, mas tolong mas” aku berusaha melepaskan rangkulan tangan mas Arif.
“aku ga perduli Ratna, aku tahu kamu bakal nolak, tapi aku tetep maksa, aku minta baik-baik Ratna, memang kedengerannya gila, tapi aku udah gak tahan liat kamu, pengen cepet cepet bobok ama kamu, aku ga mau perkosa kamu, aku sayang kamu Ratna, tapi kalo kamu nolak, mau gak mau aku akan perkosa kamu, dan aku udah mikirkan ini” omongan mas Arif semakin membuatku takut, rangkulan tangannya semakin kuat menekan pundakku berusaha merapatkan tubuhku ke arah tubuhnya.

“mas jangan mas, inget mas, inget keluarga kita masing-masing mas” aku berusaha menenangkan diriku sendiri
“udahlah Ratna, mau ya, justru kalo kamu masih sayang sama keluara kita masing-masing kamu kudu mau, kalo enggak mau aku tetep maksa, dan aku udah niat mau perkosa kamu Ratna, aku udah ga tahan”
“ mas inget mas….” Aku jadi semakin takut, dan aku tdk tahu lagi mau berbuat apa, aku putuskan untuk lari, aku ga percaya hal ini. Mas Arif dan mbak ning yg sudah kuanggap sebagai sodara sendiri.

“ aahh mas tolonglah mas, aahh…inget mas…” tanganku dicengkeram dengan kuatnya olah mas Arif saat aku berusaha lari.
“ aku juga minta tolong Ratna, nurut aja ya…percuma kamu mo kabur kemana?, kalo kamu ga ngikutin apa mauku, nanti keluarga kita malah berantakan, apa kamu berani ngomong sama suamimu??”
“ mas….” Aku Cuma bisa menangis, aku kalut dan takut
“ ayolah Ratna, cuman kita aja yg tau, aku udah ga tahan neh pengen ngelonin kamu, kalo kamu ga nurut aku ga tahu apa yg bakal terjadi, aku ga mau ngancem “

Seketika juga mas Arif membopong tubuhku, lalu berjalan ke arah kamar tidurku.Aku hanya bisa menutup mata dan menangis. Ya ampun aku takut sekali. Dan kurasakan kini tubuhku telah dibaringkannya di atas kasur. Pelan-pelan kubuka mataku, kulihat mas Arif sedang mengunci pintu kamar.

“ mas tolong mas, ingat mas…” aku masih berusaha menyadarkannya,walau suaraku kalah oleh isak tangisku.
“ sudahlah Ratna, aku ga mau nyakitin kamu, aku sayang kamu Ratna..”
“ hmpppmhhhh…” tiba-tiba mas Arif mencium bibirku ganas, kedua tanganku ditahannya kuat sekali.

Kukatupkan bibirku rapat-rapat sambil berusaha memberontak. Namun nampaknya mas Arif sudah tdk perduli, otaknya sudah dikuasai hawa nafsunya. Dia tetap saja mencium bibirku, sambil menahan tanganku dengan kuat.

“ BUUUGGGHHH..!!!” tiba-tiba mas Arif meninju bantal tepat di sebelah kepalaku dengan kuat, membuat aku semakin takut, dan tangisanku makin menjadi.
“ Ratna aku ga mau maen kasar, aku juga ga suka kasar sama kamu, jadi Ratna nurut ya sayang..” sambil tersenyum mas Arif mengucapkan kata-kata itu, dan memang nadanya diucapkan dengan lembut.

Aku tdk tau harus berbuat apa, aku hanya bisa berdoa dan menangis. Kini mas Arif mencopot kaosnya, nampak tubuhnya yg memang kuakui lebih berisi ketimbang suamiku. Dadanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Setelah itu sekarang dia perlahan meremas payudaraku dengan perlahan dari luar dasterku. Yah aku memang hanya menggunakan daster selutut kalau di rumah dan sialnya aku jarang menggunakan bra sehingga dengan mudahnya mas Arif menemukan putting payudaraku dan mulai memainkannya bergantian anatara yg kiri dan kanan.

“ hmm… Ratna tetekmu kenceng banget, ga kegedean juga ga kekecilan, pas ama seleraku sayang…akhirnya aku bisa juga megang tetekmu yg sekal ini..”

Perlahan dicopotnya dua buah kancing dasterku, lalu tanggannya mulai menyusup kedalam mencari payudaraku yg sebelah kiri. Diremas-remasnya lalu dipelintirnya putting payudaraku. cerita sex

Lalu tiba-tiba….

“KREEEKK….” Sekali hentakan disobeknya bagian depan dasterku, hingga kini kedua payudaraku nampak tanpa tertutup apa-apa lagi.

Aku semakin takut dan hanya bisa menutup mataku sambil menangis perlahan.

“ hmmm.. Ratna tetekmu emang bener-bener indah sekali…ga rugi aku nekat…” lalu dengan rakusnya diremas dan dijilatinya satu persatu kedua payudaraku.
“ hmpph….tetekmu enak banget Ratna, kamu juga keenakan kan sayang…”
“ uhk…hu…ihk…” aku hanya bisa terisak, aku tdk tahu harus berbuat apa, saat mas Arif menggigit-gigit kecil putting payudaraku..
“heesssppppp…..” mas Arif menghisap payudaraku, rupanya dia membuat cupang di atas putingku.

Setelah puas bermain dengan buah dadaku mas Arif membuka seluruh dasterku yg sudah disobeknya tadi, aku hanya menangis dan pasrah tak tahu lagi harus berbuat apa. Kini di tubuhku hanya menyisakan celana dalam, aku yakin tak lama lagi pasti celana dalam ini juga akan dilepasnya. Dan mas Arif berhasil melihat seluruh lekuk tubuhku.

Aku mengatupkan kedua tanganku di atas dadaku, hanya itu yg bisa kuperbuat, mataku sama sekali terpejam, aku tdk sanggup untuk melihatnya. Dan benar tak lama kemudian mas Arif memelorotkan celada dalamku. Nampaklah kini kelaminku, sesuatu yg harusnya kujaga dan hanya dapat kuberikan untuk suamiku, kini dengan mudahnya mas Arif bisa melihatnya.

Sesaat mas Arif tdk menyentuhku, dari suara yg aku dengar, aku rasa dia mencopot celananya.

“Ratna sayang buka matanya…” diusapnya air mataku, namun aku masih tdk berani membuka mataku.
“Ratna tolong jangan sampe aku maen kasar, aku ga mau maen kasar sama kamu..” mendengar ancaman mas Arif aku menjadi takut, perlahan kubuka mataku yg masih tak henti-hentinya mengucurkan air mata.

Dan kini kulihat mas Arif berdiri disamping tempat tidur dalam keadaan telanjang. Kemaluannya sudah menegang keras sekali, nampak kalau dia memang sudah dikuasai nafsu birahi. Kemaluannya cukup besar, aku akui lebih panjang dan lebih besar ketimbang milik mas banu suamiku.

“ duduk Ratna…duduk sini….” Ditariknya tubuhku supaya aku duduk menghadapnya.

Aku tak tahu apa yg akan dilakukannya terhadapku. Kini aku duduk dihadapannya dan wajahku kutundukkan karena wajahku tepat berada di depan kemaluannya yg sedang tegang itu.

“ hei Ratna buka matanya, ga usah malu…” diangkatnya daguku dan kini wajahku tepat di depan kelaminnya yg besar itu.
“ pegang ini sayang…ga lama lagi Ratna akan keenakan sama kntol ini…hehehe…” diambilnya tanganku lalu diarahkannya untuk memegang kelaminnya.

Ini pertama kalinya aku memegang kelamin laki-laki selain milik suamiku.

“ besar kan sayang?…hehehe…besar ga..? jawab dong…” aku hanya berani mengangguk kecil. Wajahku kembali aku tundukkan.
“ Loh koq diem aja…ayo dihisep donk….masa ga pernah ngisep kntol? …” aku terkjejut mendengar perintahnya, ya ampun aku belum pernah menghisap kelamin laki-laki, bahkan punya suamiku sekalipun, aku merasa aneh kalau harus menghisap kelamin laki-laki.
“ HISAP RATNA!!!! ISEP!!! Dikasih barang enak koq nolak…?” aku kaget mendengar bentakannya, lalu tiba-tiba ditekannya kepalaku maju kearah kelaminnya. Aku takut dan merasa jijik.

Aku menutup mata saat mukaku menempel dgn kelamin mas Arif.

“ auugghhh…” rambutku dijambak mas Arif, lalu tangannya yg satu menyodorkan kelamin itu ke arah mulutku. Aku hanya menutup mata dan menutup mulutku.
“ hisep Ratna, tolong jangan paksa aku maen kasar…” dengan terpaksa dan ketakutan kubuka mulutku dan masuklah kelamin yg besar itu kedalam mulutku.

Lalu diarahkannya tanganku lagi untuk memegang kelaminnya. Sementara tangan mas Arif masih menahan kepalaku.

“ Isep sayang….kamu ga pernah isep kntol ya?..” aku menggeleng pelan.
“ bagussss…hahaha….nah sekarang isep yg kuat, enakkan???” walaupun merasa aneh dan jijik, dengan terpaksa aku hisap juga kelamin mas Arif yg besar ini. Aku hanya berharap semua ini cepat selesai.
“ oohhhh uuhhhh enak banget Ratna….terus hisep yg kuat sayang…” mas Arif masih menahan kepalaku, dan aku masih menghisap kelaminnya.

Aku tak tahu lagi apa yg kulakukan, aku hanya menurut perintahnya karena aku takut.

Sekitar 10 menit aku menghisap kemaluan mas Arif, dan rasanya mulutku ini capek. Air mata ini masih terus menetes. Tiba-tiba tekanan tangan mas Arif dikepalaku semakin kuat.

“ ouugghhh Ratnaaa….isep terus yg kenceng…yg kenceng,….” Kini pinggul mas Arif mulai ikut maju mundur, menyodok kemaluannya didalam mulutku. Dan rasanya semakin lama semakin cepat.
“ oougghhh….aku mau keluar Ratna, jangan dilepasin, aku pengen keluarin pejuku di bibirmu yg seksi….” Aku terkejut mendengar kata-kta mas Arif, tapi cengkaraman tangan mas Arif yg menahan kepalaku semakin kuat, dan aku hanya bisa pasrah.
“ ouuhhhhgggg……ahhhh…..enaaak bhhangeeetthh…..” dan seketika keluarlah sperma mas Arif hangat dan kental membanjiri mulutku.

Kepalaku masih ditahan oleh kedua tangannya, ini pertama kalinya aku merasakan air sperma, entah apa rasanya aku sudah tdk perduli, yg aku inginkan adalah ini cepat berakhir. Lalu diangkatnya daguku sehingga wajahku menghadap ke atas. Sementara kelaminnya masih di dalam mulutku berdenyut-denyut.

“ enak banget Ratna…ahhh…. Kamu juga enak kan…ntar juga kamu pasti ketagihan sama peju ku….sekarang telan semua jangan sampe dimuntahin…awas…!!!” dengan terpaksa kutelan sperma mas Arif, skali lagi aku sudah tdk perduli yg aku inginkan saat ini adalah semua ini cepat berakhir.
“ nah sekarang isep neh, ada kluar dikit, nanggung kalo ga diabisin..” mas Arif menekan kelaminnya, keluarnya sedikit air spermanya, dan aku disuruh menghisapnya.

Jujur aku merasa terhina sekali namun aku tak tahu harus berbuat apa.

“ bagus…Ratna kamu cepet belajarnya…bener-bener ga sia-sia aku nekat seperti ini..” lalu tubuhku kembali dibaringkannya di atas kasur.

Mas Arif ikut berbaring di sebelahku. Aku hanya bisa menutup dadaku dengan tanganku. Mas Arif membelai-belai rambutku, sementara tangan satunya menggeraygi tubuhku, mengelus-elus perutku, pinggulku juga pahaku.

“ Ratna maafin aku yah…aku sayang sama Ratna dan ga tahan liat Ratna…aku janji asal Ratna mau nurut semua akan baik-baik aja dan aku ga mau maen kasar…”

Lalu mas Arif naek ke atas tubuhku. Dibukanya kedua tanganku yg menutupi dadaku tadi. Lalu kembali di jilatinya payudaraku bergantian kiri dan kanan dengan rakusnya. Lalu perlahan dijilatinya seluruh tubuhku, mulai dari perut, ke pinggul ke paha sampai ke kaki, lalu jilatannya naik lagi hingga leherku. Kembali dengan buasnya leherku diciumi dan dijilantinya.

“ hmmhhh….hppmmmmhhhh…..” nafas mas Arif terasa beras terdengar ditelingaku saat dia dengan lembutnya mengecup dan bermainlidahnya di sekitar telingaku.
“eempphh….” Aku sendiri terkejut ketika secara tak sadar aku ikut mendesah. Dan sesahanku semakin kuat ketika mas Arif kembali bermain-main di putting payudaraku.
“ uuhhmmmppp…” tiba-tiba perasaan geli melandaku, aku tak tahan dengan cumbuan mas Arif, birahiku terusik. Apalagi kini mas Arif menggigit putingku dengan lembut.

“ouughh….” Aku juga tdk tahu kenapa tiba-tiba tubuhku bereaksi ikut menggeliat seakan-akan menikmati cumbuan mas Arif.

Gakmungkin!! Ga boleh!! Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri.

“ AUUUHHHGGG….” Aku menjerit, saat tiba-tiba mas Arif menyentuh kelentitku.

Persaan geli itu makin besar saat mas Arif mulai menggelus-elus tonjolan di atas bibir kelaminku.

“ muuaahh…ayo Ratna…kita nikmatin sama-sama ya sayang….aku ga mo kasar sama Ratna..aku akan kasih kamu kenikmatan…” mas Arif mengecup pipiku dan membisikkan kalimat itu di telingaku.

Aku hanya menutup mata, aku tdk berani melihat semua ini, tapi aku tdk tahu kenapa dengan diriku sekarang. Tubuhku bereaksi, birahiku menggeliat seakan lupa dengan siapa sekarang aku ini. Dan aku tak sempat berpikir lagi saat kurasakan kedua kakiku dibuka oleh mas Arif dan dia mulai menciumi liang kelaminku dengan lembut.

“ hmmphh….hrupmmp….” terdengar bunyi bibirnya beradu dengan bibir kemaluanku.

Dan aku tdk kuasa melawan rasa ini, yah rasa geli yg belum pernah kurasakan. Belum pernah mas baru mencium kelaminku. Kini sekali lagi untuk pertama kali aku mengalaminya dengan mas Arif. Tetanggaku yg sedang memperkosaku.

“ uuuhhh….uuuhh….” kurasakan jebol juga pertahanannku, jilatan lidah mas Arif di dalam kelaminku bersamaan dengan jarinya yg memainkan kelentitku membuat aku tak kuasa menahan semua ini, aku rasanya sudah tdk mampu berpikir lagi.

Geli…yah geli yg kurasakan…geli yg nikmat…tp ini salah!! Ini tdk boleh…aku tdk boleh menikmatinya. Perang batin terjadi dalam diriku namun serangan-serangan mas Arif membuat aku tak mampu berpikir. Apalagi kini dia menghisap kelentitku dengan ganasnya.

“ ooouuuugghhhhh……” aku tdk tahan, jujur kuakui ini belum pernah kurasakan.

Sensasi yg nikmat, saat mas Arif tak henti-hentinya menghisap-hisap kelentitku. Tak sadar tanganku mencengkrram seprai kasurku. Dan tubuhku mengejang, tiba-tiba aku dapat merasakan aliran darah dalam tubuhku, dan rasanya ada sesuatu yg akan meledak dari dalam tubuhku ini.

“ooouuggghhh…..” aku melenguh panjang, tubuhku mengejang, kelaminku berdenyut-denyut, nafasku semakin cepat. Aku orgasme, yah aku orgasme.

Ah betapa memalukannya diriku ini orgasme dengan org yg memperkosaku. Tapi aku akui orgasme ini panjang dan luar biasa sensasinya. Aku makin bingung dan malu. Aku hanya menutup mataku.

“muuacchh….” Aku merasakan mas Arif mencium bibirku. Lalu diangkatnya sedikit pantatku dan pahanya menahan pahaku.

Aku menduga dia akan melakukannya sekarang. Sementara aku masih tersengal-sengal dengan orgasmeku tadi, kurasakan sesuatu menyentuh liang kelaminku dan aku yakin itu kemaluan mas Arif.

“ Ratna buka matamu…” saat kubuka mataku kulihat wajah mas Arif, dan tubuhnya berada di atas tubuhku.
“ sudah lama aku pengen kelonin kamu, nikmatin tubuhmu Ratna….aku masukin sekarang ya sayang….!! Jawab!! “ aku mengangguk pelan, aku pasrah, aku malu, ah entahlah aku tak tahu lagi.

Akhirnya kurasakan kelamin mas Arif masuk menerobos liang kemaluanku. Rasanya sesak dan penuh. Dan kuakiui rasanya nikmat sekali. Rupanya mas Arif sangat pintar dan lihai dalam berhubungan badan. Hentakan-hentakan dan genjotannya terhadap tubuhku selalu mengenai titik nikmatku. Dan aku akui aku dibuat lemas oleh permainannya.

Siang itu kurang lebih selama 1 jam mas Arif melepaskan hasratnya terhadap tubuhku. Setelah itu kami tertidur, akupun tertidur dalam pelukannya. Aku menangis dalam hati, apakah aku ini, aku sudah melanggar janji suci perkawinanku, atpi aku tak tahu harus berbuat apalagi. Dan aku akui aku menikmati apa yg mas Arif lakukan terhadap diriku.Malamnya mas Arif tdk ngantor, dan menginap di rumahku.

Semalaman, tubuhku dipacu oleh hasrat birahinya, sekali saar kami mandi bersama-sama, sekali saat aku didapur mas Arif menyetubuhiku sambil berdiri dari belakang. Dan puncaknya dikamar tidur, aku benar-benar menjadi pemuas nafsu mas Arif hingga shubuh. Walaupun aku hanya diam, tapi aku tak kuasa menolak ajakannya. Apapun yg diminanya selalu aku turutin. Aku sendiri tdk tahu kenapa.
Share:

Aku Di Jadikan Nafsu Pelampiasan Tante Widya

Kejadian kali ini ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu sudah mau ngerasain yg enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yg namanya Tante Widya (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.

Tante Widya ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Widya ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Widya inilah yg bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yg cepet-cepet).

Biasanya Tante Widya kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yg bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Widya ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.

Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yg pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Widya ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Widya malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yg satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yg namanya paha sama celana dalem tuh Tante.

Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Widya pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.

Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yg serem-serem, pas waktu itu Tante Widya mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Widya di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.

Lalu Tante Widya menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Widya, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Widyan ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

“Ran temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Widya sambil mulai berjongkok.

Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yg berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Widya kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Widya boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Widya.

“Heh kenapa kamu Ran kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Widya.
“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.
“Pasti kamu lagi mikir yg enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Widya.
“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.

Tante Widya cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.

“Kamu mau liat Ran? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Widya.

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah memeknya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yg namanya memek. Tante Widya membiarkanku memegang-megang memeknya.

“Sudah yah Ran nanti enggak enak sama ibu-ibu yg lain dikirain kita ngapain lagi”.
“Iyah Tante”, jawabku.

Lalu Tante Widya menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yg lain.

Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.

“Ran, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.
“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.
“Widya, kamu mau kan tolong jagain si Ranu nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yg mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Widya.
“Iya deh Kak aku jagain si Ranu tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Widya.

Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Widya berdua saja di villa, Tante Widya baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.

“Kamu sakit apa sih Ran? kok lemes gitu?” tanya Tante Widya sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yg di rasa” kataku.

Tante Widya begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yg sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.

“Kepala yg mana Ran atas apa yg bawah?” kelakar Tante Widya padaku. Aku pun bingung, “Memangya kepala yg bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.
“Itu tuh yg itu yg kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Widya sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku.
“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.

Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Widya, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Ranu saja yg ngelap, kan malu sama Tante”
“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Widya sambil menurunkan celanaku dan CDku.

Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.
“Ran mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.
“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Widya.

Lalu di genggamnya batang k0ntolku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga k0ntolku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayg karena baru pertama kali merasakan yg seperti ini.

“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang memek Tante Widya yg masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Widya hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.

“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.
“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Widya.

Aku bingung campur heran melihat k0ntolku dikulum dalam mulut Tante Widya karena Tante Widya tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.

“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas memek Tante Widya yg kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Widyapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Widya, Tante Widya pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan memek Tante Widya berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Widya lembab dan agak basah.
“Enak kan Ran, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Widya.
“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”
“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Ran?”
“Enggak Tante”

Tanpa kusadari tanganku masih memegang memek Tante Widya.

“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah
“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.
“Tante boleh enggak Ranu megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Widya. Tante Widya pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Widya basah entah kenapa.
“Tante kencing yah?” tanyaku.
“Enggak ini namanya Tante nafsu Ran sampai-sampai celana dalam Tante basah”.

Dilepaskannya pula celana dalam Tante Widya dan mengelap memeknya dengan handukku. Lalu Tante Widya duduk di sampingku

“Ran pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang memek Tante Widya dengan tangan yg agak gemetar, Tante Widya hanya ketawa kecil.
“Ran, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Widya. Dia mulai memegang k0ntolku lagi, “Ran Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Widya.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi Ranu enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yg ajarin kamu yah” kata Tante Widya padaku.

Mulailah tangannya mengelus k0ntolku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus memek Tante Widya yg di tumbuhi bulu halus.

“Ran jilatin donk punya Tante yah” katanya.
“Tante Ranu enggak bisa, nanti muntah lagi”
“Coba saja Ran”

Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Widya di atas dan tanpa pikir panjang Tante Widya pun mulai mengulum k0ntolku.

“Achh.. hgghhghh.. Tante”

Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium memek Tante Widya tdk berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya memek Tante Widya seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati memek Tante Widya sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Widya dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.

Tante Widya pun masih asyik mengulum k0ntolku yg masih layu kemudian Tante Widya menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yg penuh nafsu dan menderu.

“Kamu tahu enggak mandi kucing Ran” kata Tante Widya.

Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Widya pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan k0ntolku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yg begitu dahsyat. Tante Widya pun langsung menjilati k0ntolku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

Kulihat payudara Tante Widya mengeras, Tante Widya menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok k0ntolku, tanganku pun meremas payudara Tante Widya. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati memek Tante Widya, langsung Tante Widya kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati memek Tante Widya seperti menjilati es krim.

“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Ran enak banget terus Ran, yg itu isep jilatin Ran” kata Tante Widya sambil menunjuk sesuatu yg menonjol di atas bibir memeknya.

Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yg keluar dari memek Tante Widya tanpa sengaja tertelan olehku.

“Ran masukin donk Tante enggak tahan nih”
“Tante gimana caranya?”

Tante Widya pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas k0ntolku dan langsung menancapkannya ke dalam memeknya. Tante Widya naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Widya pun mengejang hebat.

“Ran Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Widya.

Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yg hangat mengalir dari dalam memek Tante Widya. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan memek Tante Widya mungurut-urut k0ntolku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Widya sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Widya tdk mencabut k0ntolku dan membiarkanya di dalam memeknya.

“Ran nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Widya padaku.

Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Widyapun langsung mengocok k0ntolku dengan memeknya dengan posisi yg seperti tadi.

“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yg seperti tadi lagi.
“Tante Ranu kayanya mau kencing niih”

Tante Widya pun langsung bangun dan mengulum k0ntolku yg masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yg ke 2 kalinya dan seperti yg pertama Tante Widya pun menelannya dan menghisap ujung kepala k0ntolku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yg alang kepalang.

Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Widya menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Widya yg hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Widya, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Widya di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Widya. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Widya, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
“Ran kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.
“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.
“Kamu kasih makan apa Ni, si Ranu sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Widya.
“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Widya.

Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Widya yg semobil denganku. Mami yg menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Widya.

Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Widya bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Widya. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Widya sudah dikarunia 2 orang anak yg cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Widya ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Widya.

Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Widya bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yg lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Widya yg nasibnya sama seperti Tante Widya, mempunyai suami yg ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.
Share:

Ngentot Dengan Saudara Perempuanku Yang Super Sexy

Namaku Ari. Aku adalah seorang mahasiswa di sebuah PTS swasta terkenal di Jakarta. Cerita sex terbaru ini berawal 2 tahun yg lalu, ketika anak pamanku yg tinggal di Malang disekolahkan oleh orangtuanya ke Jakarta.

Nita namanya. Umurnya saat itu baru 16 tahun. Walaupun begitu, ia terlihat lebih dewasa dari usianya yg sebenarnya. Tingginya sekitar 165 cm, rambut panjang sebahu dengan bentuk tubuh yg proporsional. Dadanya cukup besar, kutaksir ukurannya sekitar 34 B. Hidungnya mancung dan kulitnya putih mulus. Maklum, ibunya keturunan Belanda.

Selama bersekolah di Jakarta, Nita tinggal di rumahku. Makin hari, kami semakin akrab. Terkadang, bila ada waktu luang, ku jemput dia sepulang sekolah dengan mobilku. Tdk jarang kuajak dia ke tempat-tempat rekreasi yg ada di Jakarta, atau ke mall untuk sekadar Window Shopping. Semua itu kulakukan hanya untuk berdekatan dengannya. Sejujurnya, aku tergiur dengan keindahan tubuhnya. Namun semua itu masih bisa kutahan. Aku mencoba sebisa mungkin untuk tdk melakukan hal-hal yg menjurus padanya, mengingat dia adalah sepupuku sendiri.

Pada suatu hari, hujan turun deras sekali. Rumahku sedang kosong saat itu, kedua orangtuaku sedang sibuk dangan urusan bisnisnya masing-masing. Adikku main ke rumah temannya, sedangkan pembantuku pulang kampung. Tinggallah aku sendiri di kamarku, bersantai sambil menyaksikan film porno ditemani sebotol Vodka. Aku adalah seorang pecandu alkohol. Tiba-tiba kudengar bel pintu berbunyi.

“Siapa yg datang hujan-hujan begini?”, pikirku dalam hati.

Segera saja kubuka pintu dan tampak di depan pintu pagar rumahku ada seorang gadis berseragam SMU yg kehujanan. Ternyata gadis itu adalah Nita.

“Kehujanan ya Nit?” dia mengangguk.
“Kenapa ngga minta di jemput?”
“Tanggung Kak, Nita udah di perjalanan pas hujan tadi” jawab Nita
“Ya sudah kamu mandi air panas sana, biar nggak demam nanti

Dia pun menurut. Saat itu aku baru menyadari di depanku ada pemandangan yg sangat indah. Tubuh Nita yg sangat indah terlihat jelas di balik seragam sekolahnya yg basah kuyup. Saat itu, Nita mengenakan Bra hitam yg sangat seksi. Melihat pemandangan seperti itu, k0ntolku langsung menegang. Tiba-tiba muncul keinginan kuat untuk mencicipi tubuh Nita, sepupuku sendiri. Aku langsung melepaskan semua pakaianku, supaya lebih gampang melaksanakan niat jahatku. Kutunggu dia di depan kamar mandi.

Selang beberapa lama, pintu kamar mandi terbuka dan muncul Nita dengan hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya. Dia tampak kaget setengah mati melihatku dalam keadaan bugil.

“Kak..”, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, kuterkam tubuhnya.

Kudekap erat dan kutarik handuk yg melilit di tubuhnya dengan cepat, sehingga ia langsung telanjang bulat sama sepertiku. Ku seret dia ke dalam kamarku. Dia mencoba memberontak tapi sia-sia. Tenagaku jelas lebih kuat darinya.

“Kak, apa-apaan ini? Lepaskan!” Aku tdk peduli dengan teriakannya.

Sesampainya di kamar, kuhempaskan tubuhnya ke ranjang. Kutindih tubuhnya, kuciumi lehernya yg putih mulus.

“Kak, sudah Kak, cukup! Ingat aku saudaramu..”
“Diam kamu!”
“Kak Ari mabuk yah..? sadar Kak..”

Teriakan dan rontaannya malah membuatku semakin terangsang. Kulumat bibirnya yg merah dan tipis menggiurkan itu.

“Mmmhh.. mmppff..” Ia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tertahan oleh bibirku.

Sementara tangan kiriku meremas dadanya yg putih dan montok. Begitu kenyal dan halus. Kumainkan putingnya yg berwarna pink itu. Ia masih belum menyerah untuk berontak. Tetapi, semakin ia berontak, semakin aku bernafsu untuk memperkosanya. Ciumanku turun ke dadanya. Kulumat puting susunya dengan rakus. Kadang kugigit-gigit. Nita menggelinjang kegelian.

“Kak.. sshh.. cukuphh.. udah dong.. sshh” Ujarnya setengah mendesah.

Aku malah semakin gencar melancarkan seranganku. Kali ini jemariku kuarahkan ke memeknya. Kumasukkan jari tengahku ke dalamnya. Ternyata Nita sudah tdk perawan.

“Ooo, kamu sudah pernah toh.. gimana rasanya, enak kan? Sudahlah, nggak usah malu-malu. Nikmati aja..” Mendengar kata-kataku, Wajah Nita merah padam menahan malu.
“Tdk! Nita nggak mau..”

Mulutnya menolak, tetapi kurasakan memeknya semakin basah karena jariku bergerak keluar masuk. Pantatnya pun bergerak-gerak merespon gerakan jariku. Kupermainkan klitorisnya dengan jariku. Dia tersentak kaget.

“Aahh.. jangan.. mmhh.” Ciumanku pindah lagi ke bibirnya.

Kumainkan lidahku. Selama beberapa detik tdk ada respon. Tetapi beberapa saat kemudian lidahnya membalas lidahku. Dia juga sudah tampak mulai pasrah, tdk lagi mencoba berontak seperti tadi. Kulepaskan ciumanku dari bibirnya. Kujilati dari wajahnya ke leher, turun ke dada, perut, dan akhirnya sampai pada lubang kenikmatan. Kujilat-jilat bibir memeknya sementara jariku masih bergerak keluar-masuk memeknya.

“Ooohh.. udahh.. geli..” Tangannya mencoba mendorong kepalaku.

Tapi kutepiskan dengan tanganku yg satu lagi. Kuteruskan permainan lidahku di memeknya. Kali ini kugelitik klitorisnya.

“Uuhh.. sshh.. jangaannhh.. sshh.”

Memeknya semakin basah. Kupikir, inilah saatnya. Aku segera bangkit dan mengarahkan k0ntolku yg sudah pada ketegangan maksimal. Nita sepertinya tahu apa tindakanku selanjutnya. Dia mencoba mendorongku, tapi kupegangi kedua tangannya. Kubuka lebar kedua pahanya dengan pahaku. Kumajukan pinggulku dan, bless! Dengan sekali tekan, amblaslah k0ntolku ke dalam memeknya.

“Jangan Kaakk.. oohh” teriaknya berusaha mencegahku.

Tetapi sudah terlambat. Aku tdk membuang waktu. Langsung kukocokkan k0ntolku, semakin lama semakin cepat. Memek Nita masih sangat sempit. Mungkin karena belum terlalu sering diterobos. Kurasakan memeknya berdenyut-denyut. Nikmat sekali. Nita pun sepertinya sudah lelah untuk melawan. Ia malah terlihat seperti sedang menikmati setiap sodokan yg kulakukan.

“Ssshh.. mmhh.. uuhh..” begitu saja yg keluar dari mulutnya.

Wajahnya merah, entah merah karena malu, atau karena nafsu. Bibirnya yg seksi terbuka, membuatku ingin melumatnya. Langsung saja kucium bibirnya. Kali ini, Nita langsung membalas ciumanku. Lidah kami saling membelit satu sama lain. Tanganku tdk tinggal diam. Kuremas lembut payudaranya yg indah. Kadang kupelintir putingnya yg sudah menegang.

“Oohh.. sshh.. uuhh” desahannya semakin keras.
“Gimana, enak kan?” tanyaku.

Wajahnya semakin merah mendengar pertanyaanku. Dia hanya terdiam. Kuhentikan sodokanku. Ternyata pantatnya masih terus bergoyang-goyang. Kusentakkan pinggulku secara tiba-tiba. Kupercepat gerakanku sampai pada batas maksimal kemampuanku. seksigo

“Aaahh.. Kak Ariiii.. uuhh.. sshh..”
“Kenapa sayang? kamu menikmatinya?”
“Iyahh.. oohh.. eennaakkhh.. sshh.. aahh…”

Tak terasa 15 menit sudah kami berpacu dalam nafsu.

“Kak.. sshh.. Nita.. mauhh.. kkelluarrhh.. oohh..”
“Tahan dulu sayang.. hh.. sebentar lagi..”
“Nggak bisaahh.. Niiittaa kkellluuaarr.. aakkhh..”

Badannya mengejang tak karuan diiringi teriakan kenikmatan yg membahana. Sementara kecepatanku sama sekali tdk kukurangi. Tangan kiriku menggelitik klitorisnya, tangan kananku meremas dan memainkan payudara kirinya, sedangkan bibirku menghisap puting susu sebelah kanan. Semua kulakukan untuk menambah nikmatnya sensasi orgasme.

“Sabar ya sayang. Aku belum keluar.” bisikku mesra di telinganya.

Kucabut k0ntolku dari memeknya untuk memberinya kesempatan beristirahat. Kujilati lehernya sampai ke belakang telinga. Kugelitik klitorisnya dengan jemariku. Tak lama kemudian, memeknya kembali basah.

“Kamu mau lagi sayang?”. Nita mengangguk pelan.

Kali ini dia lebih agresif. Dia langsung memegang k0ntolku da meremasnya.

“Punya Kak Ari besar dan panjang yah.. sampai mentok”.

Aku hanya tersenyum. Bangga juga ada yg memuji senjataku, walaupun bukan yg pertama kali k0ntolku diakui kehebatannya. Nita meneruskan aksinya. Dia tdk lagi meremas, melainkan menjilati k0ntolku dari ujung sampai ke buah zakar. Nikmat sekali rasanya. Tak lama kemudian, dia mengulun k0ntolku. Kulumannya sangat nikmat. Lembut, tapi sangat terasa. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menikmati setiaphisapan yg dilakukannya padaku.

Saat kubuka mata, Nita sudah duduk di atas k0ntolku. Dia lalu mengarahkan k0ntolku ke lubang memeknya. Dan.. slebbbb.. tertelan sudah batang k0ntolku oleh memeknya. Nita bergoyang diatasku seperti orang menunggang kuda. Terkadang, ia memutar pinggulnya, persis seperti goyang Inul. Kuremas-remas payudaranya yg menggantung seksi di depanku. Kadang kuhisap dan kujilati putingnya.

“Oohh.. sshh.. geli.. mmhh..” Nita merintih-rintih di atasku.

Selang 20 menit kemudian, Nita orgasme untuk yg kedua kalinya. Dia langsung ambruk di dadaku. Kubalikkan tubuhnya. Kutusuk dari belakang. Kugerakkan pinggulku secepat mungkin. Nita hanya mampu merintih dan mendesah. 5 menit kemudian, akumerasa ada sesuatu yg hendak keluar dari senjataku.

“Nit.. aku.. mauhh.. kkeellluarr..”
“Janganhh.. dihh.. dalammhh.. mmhh”

Langsung kucabut k0ntolku dan kuarahkan ke wajahnya. Kubiarkan dia mengulum k0ntolku.

Beberapa detik kemudian.. crett.. creeett.. aku ejakulasi di wajahnya. Sebagian spermaku masuk ke mulutnya, dan sebagian lagi membasahi wajah, leher dan dadanya.

Kami berbaring lemas dengan nafas tersengal. Kami berbincang-bincang dan akhirnya dia menceritakan tentang mantan pacarnya yg merenggut keperawanannya. Mantan pacarnya adalah kakak kelasnya sewaktu di Malang. Sekarang, anak itu sudah meninggal akibat overdosis narkoba. Nita pindah ke Jakarta untuk berusaha melupakan peristiwa itu. Ia beralasan kepada orangtuanya bahwa sekolah di Jakarta lebih bagus. Setelah cukup lama berbincang-bincang, kuajak dia mandi bersama.

Nafsuku kembali bangkit saat kami saling menyabuni tubuh masing-masing. Saat itu dia menyabuni k0ntolku sambil meremas-remasnya. Langsung kucium bibirnya dan dia membalas dengan tak kalah ganasnya. Kami kembali melakukannya, kali ini dengan posisi berdiri di bawah guyuran shower. Tak henti-hentinya kuremas payudaranya yg montok dan kenyal itu. Kami melakukannya selama kurang lebih 12 menit lalu orgasme hampir berbarengan. Aku kembali berejakulasi di wajahnya. Entah mengapa, aku sangat merasa sangat puas bila melihat wajah wanita berlumuran spermaku.

Kami masih sering melakukannya hingga saat ini. Tak hanya di rumah tetapi juga di tempat-tempat lain seperti di hotel, mobilku, bahkan pernah kami melakukannya di WC sekolahnya. Padahal, aku sudah punya pacar dan Nita pun begitu. Ada kepuasan yg berbeda bila bercinta dengannya. Ada satu hal yg sama-sama ingin kami coba, yaitu beradegan three some. Ada yg berminat untuk ikutan?
Share:

Tentang Kami

Kami Dari Admin Foto Kencan,Akan Selalu Memberikan Foto-Foto Super Hot Yang Terupdate Untuk Kalian Para Pencinta Sex,Dan Admin Juga Akan Selalu Memberikan Cerita Hot Untuk Kalian Yang Suka Membaca Cerita Hot,Dan Berkhayal Cerita Yang Admin Kasih. Yuk Baca Dan Lihat Foto Super Hot Biar Kalian Puas Ngecrootnya..!!

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

JOIN US ON FACEBOOK

Copyright © Foto Kencan | Powered by Mas Crot Design by Mas Crot | Blogger Theme by NewThemes.com